Gambar Sampul Seni Budaya sm.1  · Bab 8 Menyusun Naskah Lakon
Seni Budaya sm.1 · Bab 8 Menyusun Naskah Lakon
Zackaria Soetedja, Dewi Suryati, Milasari, Agus Supriatna

24/08/2021 12:25:45

SMA 10 K-13 revisi 2017

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Seni Budaya

185

Setelah mempelajari Bab 8 peserta didik diharapkan dapat:

1.

Mengidentifikasi lakon teater tradisional.

2.

Membedakan ragam jenis dan bentuk lakon teater tradisional.

3.

Mengidentifikasi unsur-unsur lakon teater tradisional.

4.

Membedakan teknik menyusun lakon teater tradisional.

5.

Mengapreasiasi lakon teater tradisional.

6.

Menginterpretasi lakon teater tradisional.

7.

Menyusun naskah lakon teater tradisional.

8.

Mempresentasikan naskah lakon dengan lisan dan tulisan bersumber

lakon teater tradisional.

Semester 1

BAB 8

Menyusun Naskah

Lakon

PETA MATERI

Pengertian

Seni Peran

Ragam Jenis

Seni Peran

Teknik

Seni Peran

Unsur-unsur

Seni Peran

Seni Peran

Kreativitas

Seni Peran

Mengobservasi Seni Peran

Menginterpretasi Karakter

Tokoh Seni Peran

Melatih Seni Peran

Menampilkan Seni Peran

186

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

Pengantar

Terkait pembelajaran seni teater di kelas X, pada bab. 7, kamu telah belajar

tentang seni peran sebagai tahapan dan unsur penting dalam pembelajaran

seni teater. Tahap pembelajaran selanjutnya, pada bab.8 kamu akan diajak

belajar untuk menyusun naskah lakon.

Lakon, teks cerita, teks pidato, karya tulis dan lain sebagainya disebut

naskah. Lakon bagian dari naskah, karena medianya kata-kata. Tetapi tidak

semua naskah disebut lakon teater (drama), karena di dalam lakon teater

mengadung unsur konflik. Konflik dalam cerita dibangun adanya pertentangan

pandangan tokoh (peran) lain atau unsur lain yang menghambat itikad baik

dari peran utama sebagai ciri dari lakon teater atau drama.

Kedudukan lakon di dalam pementasan seni teater menjadi unsur penting,

khususnya pementasan drama. Lakon teater (drama) memberikan napas

kehidupan di atas pentas melalui keutuhan unsur lakon diungkap sang kreator

melalui media seni: rupa, bunyi, gerak dan totalitas tubuh manusia.

Lakon teater merupakan hasil karya masyarakat, sastrawan, seniman yang

diwujudkan melalui media kata-kata. Kata-kata yang diungkapkan dengan

tertulis atau lisan dengan bentuk pilihan bahasa puitik atau prosaik atau terjadi

gabungan keduanya, tergantung kepada kebutuhan pentas, agar terjadi

komunikasi dengan pembaca atau apresiatornya.

Lakon, kisah atau cerita ditangan sang kreator, yakni pemeran, sutradara

(peramu seni teater, drama) merupakan bahan baku yang perlu diolah secara

seksama. Yakni proses kreatif, mengintrepretasi teks tulisan menjadi konteks

pementasan melalui perwujudan

seni teater atau drama

.

Manfaat adanya naskah lakon dalam suatu pementasan teater, termasuk di

dalamnya seni drama tidak lain untuk memberi kemudahan bagi sang

penggarap agar efektif dan efisien di dalam menentukan langkah-langkah

menyiapkan materi seni, produksi dan publikasi pementasan sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai kepada

public

(penonton).

Menyusun naskah lakon adalah pekerjaan yang tidah mudah, hal ini dapat

dilakukan apabila kita memiliki daya imajinasi dan kreativitas tinggi dalam

membiasakan diri untuk berlatih dan terus mengasah diri dalam hal dunia

kepengarangan.

Melalui pembelajaran ini diharapkan kamu dapat mengetahui, memahami,

mengalami dan mampu menyusun naskah lakon untuk menambah wawasan

dalam mendalami pembelajaran seni teater.

Seni Budaya

187

Ketika kamu membaca kisah, lakon atau menyaksikan pementasan teater;

di panggung, media televisi, layar perak (bioskop), unsur penting apa saja

yang dapat kamu ketahui dan pahami? Coba kamu amati gambar di bawah

ini, untuk mengidentifikasi keragaman lakon pementasan teater tradisional

dalam mengawali pembelajaran menyusun naskah lakon!

1

4

2

5

3

6

Kamu perhatikan gambar di atas lebih seksama, kemudian jawablah

pertanyaan di bawah ini!

1.

Gambar manakah yang menunjukan teater tradisional yang ada di

daerahmu atau yang kamu ketahui?

2.

Dapatkah kamu menceritakan peristiwa lakon dari salah satu contoh

gambar tersebut?

3.

Apa perbedaan yang menonjol terkait unsur lakon dari contoh gambar

tersebut?

4.

Dapatkah kamu mengidentifikasi unsur lakon dari contoh gambar

tersebut?

188

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

5.

Bagaimanakah pendapat kamu terkait keberadaan lakon teater tradisional

yang ada di daerahmu?

Berdasarkan pengamatan melalui gambar, sekarang kamu kelompokan

dan isilah kolom tabel di bawah ini sesuai dengan sumber lakon

pementasan teater tradisional yang kamu ketahui!

No

Gambar

Nama

Pementasan

Sumber Cerita/Lakon

Uraian

Roman

Hikayat

Epos

(Mahabarata-

Ramayana)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Setelah kamu mengisi kolom tabel tentang sumber cerita atau lakon

pementasan teater tradisional tersebut, kemudian diskusikan dengan

teman kamu dan isilah kolom di bawah ini!

Format Diskusi Hasil Pengamatan

Nama Siswa :

NIS :

Hari/Tanggal Pengamatan

:

Seni Budaya

189

No.

Unsur

Pengamatan

Uraian Hasil Pengamatan

1

Judul Lakon

2

Jenis Lakon

3

Tema Lakon

4

Unsur Lakon

5

Gambaran Singkat

Lakon

6

Pesan Lakon

Agar kamu lebih mudah memahami, bacalah dan pelajari lebih mendalam

tentang teori, konsep, teknik dan prosedur lingkup teater. Selanjutnya,

kamu bisa mengamati lebih lanjut dengan melihat pertunjukan langsung

ataupun melihat tayangan dari video, media jejaring sosial, dan televisi

serta membaca referensi dari berbagi sumber belajar yang lain!

A. Pengertian Lakon

Kata lakon sama halnya dengan istilah

ngalalakon-boga lalakon’

(dalam, Bahasa

Sunda), atau ‘

lelakon’

(dalam, Bahasa Jawa)

artinya melakukan, melakoni peran atau

memerankan tokoh cerita dengan berkata-kata

(

verbal

) atau tanpa berkata-kata (

non verbal

) di

atas pentas.

Kedudukan lakon dalam pementasan teater

merupakan nyawa, nafas atau ruh dalam

menjalin hubungan atau membangun susunan

(struktur) cerita melalui penokohan atau peran

yang dibawakan seorang atau lebih pemeran.

Lakon dalam pemetasan teater adalah hasil

karya kolektif masyarakat, seniman dan atau

Sumber: dok. en.wikipedia.org

Gambar 8.1 Wayang Kulit Jawa Teater

Boneka Sumber Lakon Epos

Sumber: dok. en.wikipedia.org

Gambar 8.2 Wayang Golek Teater

Boneka Sumber Lakon Cerita Epos.

190

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

sastrawan yang diwujudkan dalam bentuk

naskah lakon dengan cara ditulis atau tidak

tertulis (

leluri

). Lakon di mata seniman atau

kreator seni teater merupakan bahan baku atau

sumber ide, gagasan dalam menyampaikan

pesan estetis (bentuk/wujud pementasan) dan

pesan moral (makna kehidupan) melalui

kreativitas pementasan seni teater.

Lakon dalam pementasan teater tradisional

(teater rakyat dan teater istana) di kita (baca,

Indonesia), memiliki ciri tidak menggunakan

naskah tertulis bersifat baku sebagaimana lakon

pada teater non tradisional.

Lakon dalam pementasan teater merupakan

pelengkap pokok dari keseluruhan bentuk

penyajian keseniannya. Hamid, (1976:31)

mengungkapka bahwa “Lakon atau cerita ini

biasanya tanpa naskah tertulis sedang dialog

berkembang (mekar) secara spontan. Kadang

jalan cerita lakon berkembang dalam

pementasannya sendiri. Artinya tanpa

penaskahan, hanya alur dan karakter tokoh l

akon yang ditentukan lebih dulu kepada para

pemainnya “.

Lebih lanjut menurut Sembung, (1992:26)

umumnya cerita-cerita berasal dari cerita-cerita

rakyat yang berbau sejarah. Sebagai manifestasi

kehidupan mereka sehari-hari. Temanya

berkisar pada kehidupan rumah tangga,

kriminalitas, kekejaman, dan kemalangan, serta

kelakuan-kelakuan yang tidak dapat diterima

oleh masyarakat. Adakalanya lakon teater

mengambil dari kejadian tahun 1918 di

Belendung ketika membuat induk irigasi

Walahar. Contoh-contoh lakon dalam Topeng

Banjet dapat dilihat dalam berbagai topik.

Contoh topik kriminalitas adalah cerita tentang

Si Ridon, seorang jawara yang suka memamerkan

kejawaraannya dan suka memeras orang lain,

tetapi akhirnya ia terbunuh karena ulahnya

Sumber:

dok. ajimachmudi.wordpress.

com, 2014

Gambar 8.3 Wayang Wong Teater

Istana Sumber Lakon Cerita Epos.

Sumber:

dok. ajimachmudi.wordpress.

com, 2014

Gambar 8.3 Wayang Wong Teater

Istana Sumber Lakon Cerita Epos.

Sumber: Lakon Cerita Panji

Gambar 8.4 Topeng Arja Bali Teater

Rakyat

Seni Budaya

191

sendiri melalui tangan teman seperguruannya

yang bernama Camang. Dengan demikian

bahwa cerita-cerita teater rakyat dapat

digolongkan pada cerita melodramatik ataupun

cerita komikal, peristiwa-peristiwanya disusun

untuk menghasilkan premis yang bertujuan

membangkitkan kesadaran ide atau moral yang

dapat dipakai baik dalam rumah tangga, maupun

dalam kehidupan bermasyarakat secara baik.

Contoh premis yang biasa terdapat pada cerita

Topeng Banjet adalah: a) Kegegabahan dalam

bertindak akan menimbulkan penderitaan. B)

Yang jahat akhirnya menemui nasib yang

mengenaskan.

Naskah lakon pada teater tradisional

dituangkan dalam bentuk

bedrip

atau

bagal

cerita atau lakon bersifat garis besar dari adegan

lakon yang akan di pentaskan. Lakon bersumber

dari kisah-kisah roman, kisah 1001 malam

(

desik

), kisah gambaran kehidupan sehari-hari,

sejarah, legenda, babad, epos, dst. yang

mengakar, tumbuh dan berkembang di tengah

masyarakat pemiliknya.

Sumber-sumber cerita atau naskah lakon

dapat kamu peroleh melalui: cerita-cerita fiksi,

cerita sejarah, cerita–cerita daerah Nusantara

atau cerita daerah setempat lebih khususnya.

Sumber lakon teater remaja dengan sarat nilai

pendidikan terdapat pada; kisah 1001 malam

(Lampu Aladin, Ratu Balqis, Sang Penyamun,

dst..), legenda (Sangkuriang, Sangmanarah,

Lutungkasarung, Si Pahit Lidah, Batu Menangis

dst..), sejarah (Pangeran Borosngora, Pangeran

Gesan Ulun, Pangeran Kornel, Wali Songo, dst.),

Babad ( Babad Tanah Jawa, Babad Tanah Sunda,

Babad Kacirebonan, Babad Tanah Leluhur,dst.),

Hikayat (Raja-raja,Kasultan, Panji Semirang.

Calanarang, Umar Amir, dst.), dan Epos

(Mahabarata dan Ramayana).

Sumber: Teater Rakyat – Lakon

Roman

Gambar 8.6 Mendu Riau

Sumber: Teater Rakyat – Lakon

Roman

Gambar 8.6 Mendu Riau

Setelah kamu belajar

tentang pengertian

lakon, jawablah

beberapa pertanyaan

di bawah ini!

1.

Apa yang

dimaksud dengan

hakekat lakon?

2.

Apa perbedaan

lakon teater

tradisional

rakyat dan teater

tradisional istana ?

192

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

Selanjutnya, untuk contoh lakon teater tradisional lainnya dapat kamu

tanya pada grup atau kelompok seni teater yang masih bertahan atau cari

beberapa sumber melalui media.

Pada hakekatnya lakon teater adalah tentang kehidupan. Artinya, nilai-

nilai kehidupan menjadi sumber ide dan gagasan dalam penyusunan atau

penulisan lakon atau cerita. Di dalam lakon atau kisah pada intinya selalu

mengandung unsur

konflik

. Karena dengan adanya

konflik

berupa pertentangan

yang alami pelaku, pemain atau tokoh di dalam cerita akan mengalir dan

berkembang.

Konflik cerita dalam lakon dapat dibangun dengan terjadinya pertentangan

tokoh utama (

protagonis

) dan tokoh lawan (

antagonis

) atau bisa terjadinya

tokoh utama dengan dirinya sendiri

(intern conflict

), seperti memilih keyakinan

atau kejiwaan yang dihadapi. Konflik cerita pun dapat terjadi apabila tokoh

utama mengalami pertentangan dengan lingkungan (

extern conflict)

, yakni

merubah suatu kebiasaan atau masyarakat adat yang dapat menimbulkan

musibah, wabah, seperti penyakit, banjir, dan bencana lain yang ditimbulkan

akibat pengaruh alam dan lingkungan masyarakat.

Apabila lakon dihadirkan atau dibuat dengan tidak memperhatikan kaidah

dan hakekat dramatic yakni mengesampingkan konflik, maka cerita akan

terasa monoton atau datar dan membosankan. Apabila terjadi, hal ini

merupakan kesalahan awal yang fatal bagi penggarap dan pasti tidak akan

berhasil menciptakan tontonan yang baik dan bermutu. Jadi berpandai-

pandailah memilih lakon atau kisah yang dapat mendorong cerita berkembang

dalam laku dramatic dan struktur lakon yang tersusun serta memuncak.

Konflik cerita dapat dibangun dengan menghadirkan beberapa pola,

diantaranya ; pola perubahan, pola kejayaan dan keruntuhan, pola kekalahan

dan kemenangan, pola penderitaan dan kebahagian, pola penindasan dan

kemerdekaan dan lainnya yang dialami tokoh utama dalam menggulirkan

kisah atau cerita yang berujung apakah

happy ending

atau tragis kematian.

Konflik cerita pun dapat juga dibangun dengan menghadirkan tiga unsur

utama :

Poima

(itikad tokoh utama),

Mathema

(adanya hambatan tokoh lain

atau sumber lain) dan

Pathema

(dampak atau hasil kemenangan atau tragis).

Lakon yang baik, tidak lepas dari beberapa pertimbangan, antara lain;

kejelian memilih lakon sesuai usia dan perkembangan peserta didik, memiliki

daya tarik tematik, memiliki waktu yang cukup dalam penyiapan materi

pementasan, lakon yang dibawakan menjadi wahana dan sarana pendidikan

dalam berbagi pengalaman dengan positif dan bersama.

Seni Budaya

193

Berdasarkan jenis dan bentuk teater tradisional tersebut sangat

mempengaruhi ciri dari pembentuk seninya, termasuk di dalam tentang lakon.

Lakon yang dibawakan para aktor, aktris, pemain, dalam pementasan teater

tradisional dapat dikemukakan sebagai berikut.

Tabel 7.1

Ciri-Ciri Lakon Teater Rakyat dan Teater Istana

No.

Lakon Teater Tradisional

Rakyat

Istana

1

Tidak ada naskah baku, lakon

disampaikan dalam bentuk

bagal, bedrip

atau garis besar

cerita saja bersumber cerita

daerah setempat,

Lakon bersumber cerita

ramayana, mahabarata dan cerita

panji (hikayat kebesaran raja-

raja).

2

Lakon lebih mengutamakan

isi seni (nilai pesan)

dan mengusung fungsi

terkait hiburan dari pada

mengedepankan keindahan

bentuk seni (estetis). Oleh

karena tidak heran bahwa

kecenderung lakon dalam

pementasan teater tradisional

rakyat unsur-unsur seni

didalamnya bersifat tidak baku

tergantung permintaan yang

punya hajat.

Lakon lebih mengedepankan

keindahan seni yang matang dan

mapan. Oleh karenanya, seni

istana disebut seni adiluhung

yang mapan (isi seni dan nilai

seni) dan mengusung fungsi

terkait kebesaran raja, upacara

khsus. Oleh karena tidak heran

bahwa kecenderung lakon dalam

pementasan teater tradisional

istana unsur-unsur seni

didalamnya bersifat baku dan

terorganisir dengan baik.

3

Lakon sebagai unsur cerita,

bersumber dari kisah-kisah

roman dan drama kehidupan

dengan topik kriminal, sejarah,

dan kisah yang tidak biasa dalam

kehidupan.

Lakon sebagai unsur cerita,

bersumber dari kisah; Babad

(cerita silsilah tanah leluhur),

Hikayat (cerita panji), dan Epos

(mahabarata dan ramayana).

194

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

No.

Lakon Teater Tradisional

Rakyat

Istana

4.

Bentuk lakon cenderung

bersifat komedi dan melodrama.

Yakni, lakon yang diangkat

lebih mengutakan unsur

hiburan sekaligus memberikan

gambaran pesan lakon yang

bersifat sederhana sesuai

kebiasaan hidup masyarakat

pendukungnya.

Bentuk lakon cenderung

bersifat tragedi, yakni peristiwa

yang mengangkat kisah-kisah

perjuangan para leluhur dan

orang-orang yang memiliki

kharisma dan ketuladan.

5

Unsur-unsur lakon di dalamnya

cenderung bersifat sederhana,

tidak rumit, mudah dicerna

dan memiliki keakraban cerita

dengan masyarakat pendukunya.

Unsur-unsur lakon di dalamnya

cenderung bersifat baku, rumit,

dan memiliki estetika tinggi.

Karena dirancang oleh para

empu yang memiliki keahlian di

bidangnya.

6

Bahasa yang digunakan

dalam menyampaikan pesan

cerita atau lakon cenderung

menggunakana bahasa daerah

yang tidak terikat dan

cenderung menggunakan bahasa

keseharian; lugas, dan bebas.

Bahasa yang digunakan dalam

menyampaikan pesan cerita atau

lakon cenderung menggunakana

bahasa daerah yang ketat atau

menggunakan bahasa dengan

idiom-idiom bahasa yang benar

sesuai kebutuhannya.

Berdasarkan tabel di atas, bahwa lakon teater yang kita miliki. Utamanya

teater tradisional merupakan kekayaan bangsa kita dan memberikan inspirasi

sebagai suatu gagasan untuk memahami keunikan dan kekhasan dalam

memdalami tentang lakon. Dimana lakon dalam pementasan teater tradisional

memiliki keragaman dan khasan yang sangat terikat dengan tema-tema

kehidupan, baik kehidupan masyarakat biasan atau pun masyarakat yang

hidup di istana atau keraton

Namun demikian, kamu harus memahami bahwa belajar tentang lakon

teater sebagai unsur penting dalam seni teater. Hendaklah kamu juga untuk

mengetahui beberapa ragam jenis dan bentuk lakon terkait pementasan teater.

Seni Budaya

195

B.

Jenis dan Bentuk Lakon

1.

Jenis Lakon

Lakon dibangun oleh peristiwa di dalam adegan. Adegan merupakan

bagian dari babak yang ditandai dengan keluar masuknya tokoh, perupaan

atau musik di dalam seni pementasan. Dengan demikian dalam satu babak

bisa terjadi lebih dari satu adegan. Babak itu sendiri adalah susunan dari

beberapa adegan yang ditandai dengan terjadinya pergantian setting (tempat,

waktu dan kejadian peristiwa) dalam sebuah peristiwa kejadian.

Berdasarkan jumlah babak, lakon dapat dibedakan menjadi dua jenis

yakni lakon pendek dan lakon panjang. Lakon pendek biasanya, lakon terdiri

dari satu babak dengan beberapa peristiwa adegan di dalamnya. Lakon panjang

dapat dipentaskan mencapai tiga sampai lima babak dengan beberapa adegan

didalamnya. Panjang pendeknya lakon sangat tergantung pada muatan isi atau

tematik yang disampaikan. Apakah bersifat naratif ( paparan kronologis,

sejarah atau biografi) dengan waktu, kejadian dan peristiwa lebih dari satu

tempat (setting cerita), sehingga alur cerita pun cukup rumit tidak sederhana

dan memakan waktu, antara 90 – 120 menit atau lakon pendek hanya

menghabiskan waktu 45 – 60 menit.

Pada kenyataannya proses kreatif yang dilakukan seorang seniman Teater

dalam menginterpretasi lakon, tidak selamanya ketergantungan pada banyak

tidaknya babak. Tetapi yang pqling penting esensi cerita dapat sampai atau

tidak kepada pembaca dengan melakukan proses editing lakon. Sebaliknya

dengan lakon yang pendek dapat berkembang menjadi pementasan yang

panjang dan memikat.

2.

Bentuk Lakon

Bentuk-bentuk lakon di dalam seni teater dan seni drama pada dasarnya

sama, yakni lakon; tragedi, komedi, tragedi komedi dan melodrama.

Lakon berbentuk tragedi, biasanya mengandung unsur sejarah perjuangan,

memiliki pola penceritaan kejayaan dan keruntuhan dan ciri-ciri lain bahwa

peran utama mengalami irama tragis;

poima

(itikad peran utama)

, mathema

(peran utama mengalami hambatan),

pathema

(klimaks peran utama)

berujung tragis, yakni mengalami kecacatan (fisik – psikis) atau kematian.

Beberapa contoh bentuk lakon tragedi; Si Ridon Jago Karawang, Janur Kuning,

Tragedi Marsinah, Tragedi Jaket Kuning, Bandung Lautan Api,dan lain-lain.

196

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

Bentuk lakon komedi, biasanya pola penceritaaan diulang-ulang, menjadi

bahan tertawaan, menghibur orang lain, penuh dengan

satir

(sindiran-

sindiran) dan berujung peran utama mengalami kebahagian atau tragis akibat

perbuatan dirinya sendiri. Contohnya; Si Kabayan, Karnadi Bandar Bangkong,

Warkop Dono Indro Kasino, dan lain-lain.

Lakon tragedi komedi, bahwa peran utama mengalami atau menjadi

bahan tertawaan orang lain berujung dengan tragis atau mengalami penderitaan

atau kematian. Contohnya lakon; Si Pitung Jago Betawi, Samson Betawi, Mat

Peci, Robin Hood, dan lain-lain.

Lakon melodrama, biasanya mengangkat tema-tema keluarga, percintaan

atau kisah-kisah dua sejoli yang berjuang dalam memadu kasih, berujung

dengan kebahagian atau

happy ending

. Contohnya; Romi dan Juli, Gita Cinta

dari SMA, Si Doel Anak Sekolahan, dan lain-lain.

Setelah kamu belajar tentang lakon teater, selanjutnya kamu juga untuk

mengetahui beberapa unsur yang terkait dengan naskah lakon. Unsur lakon

dimaksud untuk menambah wawasan kamu dalam mempelajari teks lakon

dengan pengembangannya, termasuk dalam mengantisipasi manakala kamu

mengalami dalam proses menganalisis lakon.

Setelah kamu belajar tentang ragam jenis dan bentuk lakon, jawablah

beberapa pertanyaan di bawah ini!

1.

Apa yang dimaksud dengan bentuk lakon?

2.

Apa perbedaan teater tradisional rakyat dan teater tradisional istana

ditinjau dari sudut pandang bentuk lakon ?

C. Unsur Lakon Teater

Teater sebagai seni merupakan salah satu jenis seni pementasan dengan

medium utamanya manusia yang dibangun oleh beberapa unsur

pembentuknya, salah satunya unsur lakon.

Sastra lakon dalam konteks seni pementasan lebih populer disebut dengan

lakon (yang punya peranan dan diperankan oleh tokoh utama yakni

boga

lalakon

). Lakon sebagai karya sastra dapat diartikan sebagai ungkapan pribadi

manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,

keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan

pesona dengan alat (media) bahasa.

Seni Budaya

197

Pesona atau daya tarik (keindahan) di dalam sastra, setidaknya dapat

dipahami melalui : bentuk, isi, ekspresi, dan bahasa ungkap seorang sastrawan

dengan persyaratan unsur-unsur di dalamnya, yaitu adanya; Alur, tema, tokoh,

karakter, setting, dan sudut pandang pengarang. Unsur-unsur tersebut,

hendaknya mengandung muatan;

(1) Keutuhan (

unity

),; artinya setiap bagian atau unsur yang ada menunjang

kepada usaha pengungkapan isi hati sastrawan. Dengan kata lain tidak adanya

unsur kebetulan, semuanya direncanakan dan dipertimbangkan secara

seksama.

(2) Keselarasan (

harmony

), artinya berkenaan dengan hubungan satu

unsur dengan unsur lain, harus saling menunjang dan mengisi bukan

mengganggu atau mengaburkan unsur yang lain.

(3) Keseimbangan (

balance

), ialah bahwa unsur-unsur atau bagian-bagian

karya sastra, baik dalam ukuran maupun bobotnya harus sesuai atau seimbang

dengan fungsinya. Sebagai contoh, adegan yang kurang penting dalam naskah

drama akan lebih pendek daripada adegan yang penting. Demikian juga halnya

di dalam puisi bahwa yang dianggap penting akan terjadi pengulangan kata

atau kalimat dalam baris lain.

(4) Fokus atau pusat penekanan sesuatu unsur (

right emphasis

), artinya

unsur atau bagian yang dianggap penting harus mendapat penekanan yang

lebih daripada unsur atau bagian yang kurang penting. Unsur yang dianggap

penting akan dikerjakan sastrawan lebih seksama, sedang yang kurang penting

mungkin hanya garis besar dan bersifat skematik saja.

Unsur bahasa merupakan faktor penting dalam berkomunikasi antara

pemeran dan penonton, terutama dalam menyampaikan isi pesan yang

dilontarkan melalui para pemerannya. Maksud bahasa di sini adalah bahasa

secara penyampaian verbal. Hal ini untuk membedakan dengan bahasa gerak,

tari atau pun

mime

.

Dengan alasan ciri dari teater rakyat, termasuk di dalamnya yang bersifat

spontan, maka dalam membawakan lawakan maupun dalam lakon cerita

dikatakan Soemardjo, (2004:19) yakni nilai dan laku dramatik dilakukan

secara

spontanitas.

Hal ini, jelas dalam menyikapi laku dramatik yang dibangun secara

spontanitas para pemainnya sebagaimana dijelaskan Sembung, (1992:32)

bahwa lakon teater rakyat, Topeng Banjet yang ada di Kabupaten Karawang,

Jawa Barat. Biasanya menggunakan lakon yang telah dipakai dan kadangkala

diulang-ulang dan sangat dikenal oleh pemain dan masyarakat setempat

sehingga kerja penyiapan materi seninya tidak terlalu bergantung pada latihan

khusus.

198

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

Naskah lakon teater, khususnya teater tradisional ditangan sang

koordinator dan biasanya merangkap pimpinan grup, atau orang yang dituakan

dalam kelompok seninya. Lakon yang akan dibawakan baik diminta atau tidak

yang empunya hajat (penanggap seni) merupakan bahan lakon yang perlu

dipahami, dan diperankan secara saksama. Adapun bahan lakon tersebut

yakni dari teks lisan dalam bentuk garis besar lakon (

bedrip

lakon, cerita)

disampaikan koordinator kepada para pemain yang ditindak lanjuti menjadi

wujud pementasan

.

Dalam pementasan teater kedudukan lakon menjadi unsur penting.

Lakon yang telah ditentukan sebagai bahan pementasan teater, terlebih dahulu

dianalisis bagian-bagiannya, antara lain ; alur

(plotting

), tema (

thought

), tokoh

(

dramatic person

), karakter (

character

), Tempat kejadian peristiwa (

Setting)

,

dan Sudut pandang pengarang (

point of view

). Unsur tokoh dan karakter atau

perwatakan sebagai unsur seni peran, telah dibahas pada pertemuan bab

sebelumnya. Selanjutnya, untuk mempelajari naskah lakon teater, kamu harus

memulainya dengan memahami beberapa unsur, antara lain sebagai berikut.

a. Alur atau Jalan cerita

Alur dalam bahasa Inggris disebut

plot

. Alur dapat diartikan sebagai jalan

cerita, susunan cerita, garis cerita atau rangkaian cerita yang dihubungkan

dengan sebab akibat (hukum

kausalitas

). Artinya, tidak akan terjadi akibat

atau dampak, kalau tidak ada sebab atau kejadian sebelumnya.

Berbicara alur dapat dikemukakan pula tentang alur maju dan alur

mundur. Alur maju, artinya rangkaian cerita mengalir dari A sampai Z.

Adapun Alur mundur, cerita berjalan, yaitu, penggambaran cerita yang

mengakhirkan bagian awal, dapat juga cerita di dalam cerita atau disebut

dengan

flashback.

Alur

di dalam cerita dibangun oleh sebuah struktur. Struktur cerita

menurut Aristoles adalah sebagaima gambar di bawah ini.

Diagram 8.1 Struktur Lakon

Menurut Aristoteles

1. Introduksi

2. Reasing Action

3.Konflik

4 .Klimaks

5 .Resolusi

6.Kongklusi

Seni Budaya

199

1)

Introduksi

= Pengenalan tokoh (misalnya Arif, Tuti, Ayah, Ibu,

Paman dan Orang Tua Arif )

2)

Reasing Action

= tokoh utama memiliki itikad (Tokoh Arif )

3)

Konflik

= tokoh utama mengalami pertentangan

(Itikad Arif dihambat oleh orang tua Tuti)

4)

Klimaks

= terselesaikannya persoalan tokoh utama

(kedua orang tua Tuti merestui Arif dalam

hubungan cinta)

5)

Resolusi

= penurunan klimaks atau disebut anti klimaks

(Kedua orang tua Arif melamar Tuti)

6)

Kongklusi

= kesimpulan cerita atau kisah

(Arif dan Tuti bersanding dipelaminan)

Faktor pertama dan utama dalam memilih naskah lakon terletak pada

kekuatan memilih tema. Masalah yang diangkat, gagasan cerita yang digulirkan

melalui alur, dan pesan moral bersifat aktual atau tidak. Pesan moral yang

dimaksud harus mengangkat nilai-nilai kemanusiaan agar tercipta

keseimbangan hidup, harmonis, dan bermakna.

b.

Tema

Tema adalah pokok pikiran. Di dalam tema terkandung tiga unsur pokok,

yaitu (1) masalah yang diangkat, (2) gagasan yang ditawarkan, dan (3) pesan

yang disampaikan pengarang.

Masalah yang diangkat di dalam tema cerita berisi persoalan-persoalan

tentang kehidupan, berupa Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan

keamanan, pada suatu masyarakat tertentu dalam lingkup luas atau terbatas.

Gagasan yang ditawarkan dalam tema adalah jalan pikiran pengarang untuk

memberikan gambaran cerita dari awal sampai akhir. Pesan di dalam tema

sebuah lakon berupa kesimpulan ungkapan pokok cerita dari pengarang.

Tema-tema yang ada pada lakon drama atau teater, biasanya tentang;

kepahlawanan (

heroic

), pendidikan (

educatif

), sosial (

social

), kejiwaan

(

pscykologi)

, keagamaan (

religius

). Tema lakon di dalam teater remaja, biasanya

lebih didasarkan pada muatan pendidikan untuk menumbuhkembangkan

mental, moral, dan pikir. Contoh, dalam memahami tema, temanya pendidikan;

masalahnya adalah “narkoba“, gagasan atau idenya adalah “menghilangkan

nyawa”, pesan moral atau nilainya adalah “jauhi narkoba” sebab menghilangkan

nyawa.

200

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

c. Penokohan

Penokohan di dalam teater dapat dibagi dalam beberapa peran, antara lain

protagonis, antagoni, deutragonis, foil, tetragoni, confident, raisonneur dan

utility. Secara rinci pesan tersebut dapat dijelaskan berikut.

1.

Protagonis

adalah tokoh utama, pelaku utama atau pemeran utama (boga

lalakon) disebut sebagai tokoh putih. Kedudukan tokoh utama adalah

menggerakkan cerita hingga cerita memiliki peristiwa dramatik (konflik)

2.

Antagonis

adalah lawan tokoh utama, penghambat pelaku utama

disebut sebagai tokoh hitam. Kedudukan tokoh antagonis adalah yang

mengahalangi, menghambat itikad atau maksud tokoh utama dalam

menjalankan tugasnya atau mencapai tujuannya. tokoh antagonis dan

protagonis biasanya memiliki kekuatan yang sama, artinya sebanding

menurut kacamata kelogisan cerita di dalam membangun keutuhan cerita.

3.

Deutragonis

adalah tokoh yang berpihak kepada tokoh utama. Biasanya

tokoh ini membantu tokoh utama dalam menjalankan itikadnya.

Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau memberikan

nasihat kepada tokoh utama.

4.

Foil

adalah tokoh yang berpihak kepada lawan tokoh utama. Biasanya to-

koh ini membantu tokoh antagonis dalam menghambat itikad tokoh ut-

ama. Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau memberikan

nasihat untuk memperburuk kondisi kepada tokoh antagonis.

5.

Tetragonis

adalah tokoh yang tidak memihak kepada salah satu tokoh lain,

lebih bersifat netral. Tokoh ini memberi masukan-masukan positif kedua

belah pihak untuk mencari jalan yang terbaik.

6.

Confident

adalah tokoh yang menjadi tempat penyampaian tokoh utama.

Pendapat-pendapat tokoh utama tersebut pada umumnya tidak boleh di-

ketahui oleh tokoh-tokoh lain selain tokoh tersebut dan penonton.

7.

Raisonneur

, adalah tokoh yang menjadi corong bicara pengarang kepada

penonton.

8.

Utilitty

adalah tokoh pembantu baik dari kelompok hitam atau putih. To-

koh ini dalam dunia pewayangan disebut goro-goro (punakawan). Kedud-

ukan tokoh utilitty, kadangkala ditempatkan sebagai penghibur, penggem-

bira atau hanya sebatas pelengkap saja, Artinya, kehadiran tokoh ini tidak

terlalu penting. Ada atau tidaknya tokoh ini, tidak akan mempengaruhi

keutuhan lakon secara tematik. Kalau pun dihadirkan, lakon akan menjadi

panjang atau menambah kejelasan adegan peristiwa yang dibangun.

Dalam kaitan penokohan di dalam teater rakyat atau teater tradisional

cenderung bersifat flat. Artinya, setiap pemain atau pemeran yang akan mem-

bawakan penokohan cerita tidak berubah atau jarang berubah orang sesuai

Seni Budaya

201

dengan karakter atau kebiasaan tokoh yang dibawakan dalam membawakan

peranannya. Oleh karena itu, di dalam teater rakyat, mengenal pembagian cas-

ting berdasarkan kebiasaan tokoh yang dibawakan. Apakah itu tokoh pejabat,

penjahat, goro-goro atau peran utama dengan paras yang ganteng. Dengan

tipe

casting

inilah, teater rakyat akan lebih mudah untuk mengembangkan ce-

rita dengan tingkat improvisasi dan spontanitas tinggi tanpa naskah.

d. Karakter

Karakter adalah watak atau perwatakan yang dimiliki tokoh atau pemeran

di dalam lakon. Watak atau perwatakan yang dihadirkan pengarang dengan

ciri-ciri secara khusus, misalnya berupa; status sosial, fisik, psikis, intelektual,

dan religi.

Status sosial sebagai ciri dari perwatakan adalah menerangkan kedudukan

atau jabatan yang diemban tokoh dalam hidup bermasyarakat pada lingkup la-

kon, antara lain; orang kaya, orang miskin, rakyat biasa atau jelata, penggang-

guran, gelandangan, tukang becak, kusir, guru, mantri, kepala desa, ulama,

ustad, camat, bupati, gubernur, direktur atau presiden, dan lain-lain.

Fisik sebagai ciri dari perwatakan, menerangkan ciri-ciri khusus tentang

jenis kelamin (laki-laki perempuan atau waria), kelengkapan pancaindra atau

keadaan kondisi tubuh (cantik-jelek, tinggi-pendek, kurus-buncit, kekar-lem-

bek, rambut hitam atau putih, buta, pincang, lengan patah, berpenyakit atau

sehat, dan lain-lain.

Psikis sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus menge-

nai hal kejiwaan yang dialami tokoh, seperti; sakit ingatan atau normal, depre-

si, traumatic, mudah lupa, pemarah, pemurah, penyantun, pedit, pelit, der

-

mawan, dan lain-lain.

Intektual sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus

mengenai hal sosok tokoh dalam bersikap dan berbuat, terutama dalam meng-

ambil sebuah keputusan atau menjalankan tanggung jawab. Misalnya, kecer

-

dasan (pandai atau bodoh, cepat tanggap atau apatis, tegas atau kaku, lambat

atau cepat berpikir), kharismatik (gambaran sikap sesuai dengan kedudukan

jabatan), tanggung jawab (berani berbuat berani menanggung resiko, asalkan

dalam koridor yang benar).

Karakter tokoh akan lebih mudah dicerna, karena kekhasan tokoh dan

pembiasaan membawakan tokoh menjadi landasan dalam membangun karak-

ter peran di dalam penyajian lakon teater. Biasanya pemeran yang berperawa-

kan tinggi besar, berperilaku kasar, handal menampilkan silat akan cenderung

membawakan tokoh dengan karakter Jawara atau tokoh jahat. Adapun pemain

yang berperawakan tinggi besar dengan paras ganteng akan menerima tokoh

202

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

dengan karakter tokoh baik. Begitu pula dengan pendukung yang bertubuh

kecil dan jelek tetapi mampu mengocek perut akan hadir sebagai tokoh

utility

atau

detragonis

atau

foil.

e.

Setting

Setting

dalam sebuah lakon merupakan unsur yang menunjukan; tempat

dan waktu kejadian peristiwa dalam sebuah babak. Berubahnya setting berarti

terjadi perubahan babak, begitu pula dengan sebaliknya. Perubahan babak

berarti terjadi perubahan setting.

Tempat sebagai penunjuk dari unsur

setting

di dalam lakon, mengandung

pengertian yang menunjuk pada tempat berlangsungnya kejadian. Misalnya di

rumah, di hotel, di stasiun, di sekolah, di kantor, di jalan, di hutan, di gang

jalan, di taman, di tempat kumuh, di lorong , di kereta api, di dalam Bus, dan

seterusnya.

Waktu sebagai bagian unsur

setting

di dalam lakon, menjelaskan tentang

terjadinya putaran waktu, yakni siang-malam, pagi-sore, gelap-terang,

mendung cerah, pukul lima, waktu Ashar, waktu Subuh, zaman kemerdekaan,

zaman orde baru, zaman reformasi dan sebagainya.

Latar peristiwa kejadian sebagai bagian dari unsur

setting

di dalam lakon,

misalnya; kondisi perang, kondisi mencekam, kondisi aman, dan seterusnya.

f.

Point of view

Setiap lakon, termasuk lakon teater anak-anak, remaja, dewasa atau pun

untuk semua umur pasti melibatkan sudut pandang pengarang atau penulis.

Sudut pandang pengarang atau penulis ini disebut

point of view.

Sebagai

gambaran intelektualitas dan kepekaan pengarang atau

creator

dalam

menangkap dan memaknai fenomena yang terjadi.

Memahami dan menangkap tanda-tanda tentang sudut pandang

pengarang merupakan hal penting bagi seorang

creator

panggung atau

pembaca agar terjadi kesepahaman, kesejalanan atau tidak setuju dengan apa

yang ditawarkan dan dikehendaki pengarang. Apabila seorang

creator

dalam

proses kreatifnya mengalami kesulitan menemukan pandangan inti pengarang,

secara etika creator dapat melakukan konsultasi atau wawancara dengan

penulis tentang maksud dan tujuan dari lakon yang ditulis.

Seni Budaya

203

Setelah kamu belajar tentang unsur-unsur lakon, jawablah beberapa

pertanyaan di bawah ini!

1.

Apa saja yang kamu ketahui tentang unsur lakon dalam teater?

2.

Apa perbedaan pemakaian unsur bahasa yang digunakan dalam lakon

teater tradisional rakyat dan teater tradisional istana?

Kamu telah mengetahui dan memahami unsur–unsur lakon sebagai

pengalaman kamu dalam meningkatkan pengalaman belajar seni teater.

Pembelajaran berikutnya kamu diharapkan dapat memiliki kemampuan

menyusun naskah lakon melalui praktik menulis dengan teknik secara

terstruktur dan terbimbing dengan guru!

D. Teknik Menyusun Naskah Lakon

Menyusun naskah lakon pada dasarnya adalah menulis lakon tentang

kehidupan yang bersumber naskah lakon secara tertulis atau tidak ditulis

secara hukum sastra drama. Naskah lakon dibangun dan berkembang melalui

lakon yang memiliki konflik. Kehadiran konflik di dalam lakon teater bersifat

mutlak. Jika di dalam lakon tidak mengandung konflik berarti telah

mengaburkan esensi dari lakon teater (drama) itu sendiri. Dimana inti dari

drama adalah konflik.

Di dalam praktiknya, menyusun naskah lakon diperlukan suatu cara atau

teknik untuk penuangan gagasan dalam bentuk tulisan. Adapun cara yang

dapat digunakan dalam kreativitas menyusun naskah lakon dapat dilakukan

melalui beberapa cara seperti menerjemahkan, mengadaptasi, menyadur dan

menyanggit.

1.

Teknik Menterjemahkan

Menterjemahkan merupakan salah satu teknik menyusun naskah lakon

yang dapat dilakukan guna memenuhi pengadaan lakon teater. Dalam

kenyataannya lakon hasil terjemahan atau kisah sangat sulit didapat, lebih-

lebih lakon kisah berbahasa asing. Oleh karena itu bentuk pementasan atau

kisah satu-satu hanya ada di Indonesia, dan salah satu bentuk yang mendekati

bentuk atau kisah milik asing adalah

Opera.

204

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

Terjemah atau menterjemahkan dapat diartikan sebagai mengalih

bahasakan atau dalam bahasa Inggris

translate

dari bahasa asing (Inggris,

German, Arab) ke dalam bahasa Indonesia atau kebalikannya, bahasa daerah

ke dalam bahasa Indonesia (Sunda, Jawa) atau sebaliknya. Syarat pertama

bagi seorang penulis dalam menterjemah sebuah lakon harus memahami dan

menguasai bahasa serta utamanya menguasai teknik menyusun naskah lakon

yang dijadikan alat atau pisau bedahnya.

Kegiatan yang memungkinkan dalam menterjemahkan lakon, dengan

cara mengalihbahasakan lakon berbahasa Sunda atau Jawa atau bahasa daerah

lain ke dalam bahasa Indonesia atau dengan melakukan kebalikannya.

Misalnya dari lakon teater berbahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah

setempat.

2.

Teknik Adaptasi

Adaptasi secara harfiah dapat diartikan menyesuaikan atau penyesuaian

diri sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan yang dihadapi. Adaptasi

dalam hubungan naskah lakon merupakan salah satu teknik menyusun naskah

lakon yang dapat dimanfaatkan untuk melengkapi perbendaharaan naskah

lakon seni teater bersumber cerita, kisah atau lakon yang ada dan pernah

tumbuh dan berkembang di daerah.

Mengadaptasi naskah sastra drama atau lakon teater dalam proses

kreatifnya dapat dilakukan dengan cara; meminjam kandungan isi tematik

dan struktur lakon dari naskah aslinya. Akan tetapi bentuk lakonnya dapat

disesuaikan dengan setting yang dikehendaki kreator. Misalnya, Suyatna

Anirun melakukan adaptasi naskah Drama Komedi karya Molire berjudul “

Lingkaran Kapur Putih “ diadaptasi atau di bawa pada situasi, kondisi alam

dan nuansa etnik Jawa Barat (Sunda). Dengan demikian teknik mengadaptasi

lakon atau menyusun naskah lakon teater pun dapat dilakukan dengan cara

memimjam bentuk atau warna dengan sumber cerita dari naskah lakon karya

bangsa lain atau karya sastra etnik lain di Indonesia.

3.

Teknik Sadur

Sadur adalah teknik menyusun naskah dengan cara menggubah atau

merubah sebagian unsur karya orang lain menjadi karya kita, tetapi dengan

tidak menghilangkan, merusak unsur-unsur pokok lakon dari pengarangnya.

Lakon saduran dengan tidak mencantumkan sumber cerita dan pengarang

aslinya dapat disebut

plagiat

(mencaplok, mengaku karya orang lain menjadi

karya sendiri).

Seni Budaya

205

Contoh yang dapat dikemukakan, antara lain mengubah lagu, artinya lagu

diaransemen dengan warna musik yang tidak sama dengan musik aslinya

tetapi syair lagu tetap sama. Misalnya; warna pop diubah ke dalam musik

dangdut atau mengkawinkannya menjadi popdut (pop dangdut).

Menyadur dalam konteks cerita ke dalam bentuk lakon dapat kamu

lakukan dengan mengubah sumber cerita yang ada, yakni apakah itu dari

cerita dongeng, puisi, cerpen, prosa, hikayat, legenda, sejarah dan sumber

cerita lainnya yang diangkat dan dituangkan kedalam bentuk naskah lakon

teater.

4. Sanggit

Istilah

Sanggit

atau menyanggit dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

(Poerwadarminta, 1984) mengandung pengertian bergeser atau menggeser

sesuatu tetapi dalam satu hal yang sama. Seperti bambu berderik apabila

terjadi gesekan dengan bambu yang lain atau gigi kita menderik apabila terjadi

gesekan dengan gigi yang lain.

Sanggit

atau menyanggit dalam hubungan dengan menyusun naskah

lakon tidak sama dengan menggubah atau teknik

sadur

.

Sanggit

lebih

mengandung pengertian membuat atau menyusun cerita atau lakon bersifat

baru, tetapi tidak melepaskan dari lakon atau cerita aslinya. Dapat pula

dikatakan bahwa

Sanggit

adalah proses pengembangan cerita dari tematik

yang ada atau pengembangan lakon dari sebuah adegan atau babak di dalam

lakon sehingga lakon yang disusun benar-benar baru dan tidak sama dengan

lakon asli yang kita jadikan sumber gagasan lakon baru. Dengan demikian

teknik menyusun naskah lakon dengan cara nyanggit diilhami oleh tematik

– tematik lakon yang telah ada dan ditulis orang sebelumnya.

Kapankah, kita melakukan

Sanggit

? Telah dikatakan bahwa tidak semua

sumber cerita dapat dijadikan sumber penulisan atau penyusunan lakon teater.

Artinya, proses

sanggit

hanya dapat dilakukan pada cerita-cerita, kisah yang

memungkinkan terjadinya pengembangan lakon atau cerita ke arah peristiwa

dramatic,

yakni memiliki unsur konflik penokohan cerita atau lakon yang

jelas. Konflik dalam lakon adalah inti dari cerita atau kisah itu sendiri.

Misalnya, dongeng kelinci, apabila diceritakan hanya seputar kehidupan

keluarga kelinci, yang cinta damai, penuh kasih-sayang pada anak-anaknya,

tinggal pada tempat yang subur. Akan tetapi, mereka tidak digambarkan jerih

payah Sang Kelinci dalam berjuang untuk menciptakan tantangan dan

hambatan dikala membangun arti dari sebuah kedamaian, kasih sayang atau

kesuburan sebelumnya. Apa yang terjadi ? Cerita berkesan datar dan tidak

menarik, karena cerita tidak mengandung muatan emosi dari pesan moral

yang ingin disampaikan. Dengan demikian, kedamaian, kasih sayang dan

206

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

kesuburan didapat tanpa jerih payah. Seharusnya digambarkan atau ditawarkan

bahwa kedamaian, kesuburan dan kasih sayang tidak datang dengan sendirinya,

tetapi didapat dengan perjuangan sebagai upaya untuk mencari kebenaran

hakiki yang sangat manusiawi sehingga lakon dapat digambarkan dengan

struktur :

Introduction

konklusi

Keluarga Kelinci -------- hidup dengan tenang, damai -------- Keluarga bahagia

Menyusun naskah dengan teknik

sanggit

dapat dilakukan kapan saja,

artinya dapat diproses sebentar atau dilakukan dengan lama. Hal ini sangat

ditentukan dengan kesiapan kamu untuk memulai menyusun naskah lakon.

Apakah kamu memiliki ketertarikan atau tidak terhadap tematik lakon yang

kamu baca, kamu ketahui dengan kebutuhan penyusunan naskah lakon?

Setiap orang memiliki daya khayal dan ketertarikan terhadap tematik

cerita atau lakon. Hal ini, sangat bergantung pada kepekaan atau

sensitivitas

masing-masing orang, termasuk kamu. Sifatnya sangat pribadi, tidak bisa

dipaksakan atau berlarut-larut mengalir begitu saja menjadi sampah. Itu

sebabnya untuk membangun daya khayal dan kepekaan menyusun naskah

lakon, kamu harus banyak mengapresiasi pementasan teater atau membaca

karya sastra (lakon) orang lain. Teks bacaan dengan cara mengamati kejadian,

peristiwa yang nampak di sekitar kamu maupun konteks pementasan teater

dapat menjadi rangsangan gagasan dalam menyusun atau menulis lakon teater.

Tema cerita yang akan diangkat tidak harus yang rumit atau yang susah untuk

dituangkan, apalagi dalam bentuk lakon yang panjang hingga beberapa babak.

Cukup tema yang sederhana saja, tetapi dituangkan dalam teknik menyusun

yang tepat, menarik, dan komunikatif.

Kamu telah mengetahui dan memahami beberapa teknik menulis

atau menyusun naskah lakon Selanjutnya, melalui latihan kelompok,

terstruktur, dan bimbing dengan guru dan teman kamu, ajaklah untuk

berkreativitas menyusun naskah lakon yang akan kamu presentasikan

secara lisan dan tulisan di depan kelas!

E. Kreativitas Menyusun Naskah Lakon

Pembelajaran lakon teater melalui kreativitas menyusun naskah lakon

dapat kamu lakukan dengan menggunakan keberanian

trial and error

dan

mau melakukan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

Seni Budaya

207

1.

Kamu harus merasa tertarik dan terlibat secara

emosi dahulu pada tematik isi dari cerita atau

lakon yang kamu apresiai secara keseluruhan.

2.

Pahami lebih dalam, esensi apa sebenarnya

yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembacanya.

3.

Kalau kamu sudah yakin lakon yang kamu baca

atau apresiasi dapat dikembangkan menjadi

lakon baru. Kamu sebenarnya sudah mencoba

menyusun naskah lakon melalui alam imajinatif,

atau daya khayal kamu.

4. Lakukan analisis lakon.

Analisis artinya mengurai, memecahkan atau

membedah sesuatu hal berdasarkan kaidah ilmiah

dengan memfungsinya daya pikir kamu. Analisis

naskah dalam seni teater adalah kemampuan

kamu untuk mengurai dan menghubungkan

tokoh dengan beberapa unsur naskah yang kamu

baca yang kemudian digali, diseleksi, disusun, dan diwujudkan secara

kreatif dalam bentuk pementasan teater. Kegiatan analisis garap naskah

sumber dari naskah yang kamu baca kemudian dituangkan dalam bentuk

draf

atau format analisis lakon. Adapun

draf

atau format analisis naskah

lakon, dapat kamu simak dan lakukan sesuai dengan formal tabel berikut

ini.

Tabel. 8.2

Analisis Lakon

Judul Lakon

:

Sumber Lakon

:

Nama Kelompok

: ...................

No.

Babak/

Adegan

Nama

Tokoh

Kedudu

-

kan/ Status

Tokoh

Ciri-

Ciri

Fisik

Ciri-

Ciri

Psikis

Rias

Tokoh

Busana

Tokoh

Peralatan

Tokoh

Musik

1

Setelah kamu

memilih,

menentukan dan

atau menggunakan

naskah lakon

dibawah ini,

lakukan analisis

naskah sesuai

ketertarikan

kelompok kamu

atau pembagian

naskah lakon

dengan langkah-

langkah analisis

naskah pementasan

teater sebagai

berikut!

208

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

No.

Babak/

Adegan

Nama

Tokoh

Kedudu

-

kan/ Status

Tokoh

Ciri-

Ciri

Fisik

Ciri-

Ciri

Psikis

Rias

Tokoh

Busana

Tokoh

Peralatan

Tokoh

Musik

2

3

4

5

5.

Daya khayal lakon yang kamu pikirkan, kemudian tuangkan ke dalam

bentuk

bagal

lakon, yakni kamu dapat menggunakan pola atau struktur

lakon:

introduksi–reasing action–konflik–klimaks–anti klimaks–kongklusi.

6.

Bagal cerita atau garis besar lakon (

bedrip

) sudah kamu tulis. Coba kamu

mulai menyusun lakon atau naskah lakon bagian-perbagian berdasarkan

struktur lakon yang kamu ketahui. Dengan catatan bahwa struktur isi ;

reasing action, terutama konflik bobotnya harus lebih banyak, menarik

dan penuh daya pesona. Artinya, jangan terburu-buru ingin menyelesaikan

cerita dan mudah ditebak jalan ceritanya, tetapi mainkanlah emosi atau

rasa pembaca agar terlibat

(empati)

di dalamnya.

7.

Penuangannya ke dalam bentuk lakon, cara menyusun naskah lakon dapat

dilakukan sama seperti pola; menterjemah, mengadaptasi atau menyadur.

Dengan syarat menguasai pula seluk beluk sastra drama dan dunia

pementasan seni teater.

8.

Tentukan judul lakon atau judul cerita yang kamu akan tulis. Sebagai

contoh, apabila kamu pernah membaca legenda Sangkuriang karya Utuy

Tatang Sontani, di dalam cerita dikisahkan dan analisisnya:

“Sangkuriang mencintai Dayang Sumbi dan diketahui Sangkuriang adalah

anak kandung sendiri, sebagai

reasing action

. Dalam agama dan kepercayaan

mana pun bahwa anak akan mengawini Ibunya haram hukumnya.

Munculah sebuah permintaan, karena Dayang Sumbi sulit meyakinkan

pada anaknya, terjadi pengembangan konflik yang melibatkan Sangkuriang.

Permintaan sebagai suatu syarat bendunglah Sipatahunan dengan waktu

jangan sampai lewat fajar, agar kita dapat berlayar, berbulan madu naik

perahu. Sangkuriang, orang sakti, ia menyanggupinya. Sangkuriang pun

dengan bantuan para

Guriang

(dewa) membuat perahu dan membendung

Sipatahunan untuk dijadikan Situ. Di dalam cerita aslinya tidak digambarkan

Seni Budaya

209

peristiwa bagaimana para Guriang berbuat dan terjadi suatu peristiwa pada

alam lain. yakni dunia air. Dari sisi ini, ada suatu hal yang menarik dan

dapat kita lakukan dengan teknik

Sanggit.

Yakni menggambarkan peristiwa

sebelum terjadinya peristiwa Guriang membendung Sipatahunan; Rakyat

penghuni Situ Sipatahunan yang dipimpin Sang penguasa Situ, hidup

penuh kedamaian, ketentraman tiba-tiba mendengar khabar buruk yang

akan menimpa. Umpamanya hadir tokoh ikan, kepiting, udang, rumput,

kerang. menjadi tokoh yang akan mengembangkan suatu lakon baru.

Setelah terdengar berita buruk, konflik awal penghuni situ mulai terjadi.

Akhir terjadi prahara yang maha dahsyat, sehingga pertolongan dan upaya

yang perlu dilakukanpun hanyalah berdoa.

Akhir cerita apakah penghuni Sipatahunan mengalami tragis (kematian)

atau melodramatik (kebahagiaan), artinya pesan yang disampaikan bahwa

apapun yang terjadi sebagai cobaan yang perlu dihikmahi dengan arif dan

bijak.

Setelah cerita selesai jangan lupa, kamu harus menentukan judul

lakon yang kamu susun atau tulis, misalnya; “Sangkuriang Mergasa“

atau “Sangkuriang Daksa“ atau “Guruh Sipatahunan“ atau “Prahara

Sipatahunan“, dan seterusnya.

Hal lain dalam melakukan proses

kreatif menyusun naskah lakon

teater, dapat pula dilakukan dengan

cara mengkawinkan dua atau atau

lebih cerita yang ada, tetapi dengan

meminjam karakter, tokoh peran

utama.

Umpamanya Guru Kabayan, Kabayan

Duta, Kabayan dan Supermen, Dora

Emon dan Si Cepot, Gatotkaca dan

Supermen, dan sebagainya, yang

kemudian dikembangkan menjadi

lakon baru.

Keuntungan kamu dalam menyusun

lakon teater dengan membuat

analisis/ tafsir terhadap lakon adalah

untuk memudahkan koordinasi

kerja dalam melakukan latihan teater

secara bersama dan bekerjasama

dalam hal membangun kesamaan

Kreativitas dalam menyusun

naskah lakon bersumber teater

tradisional dapat dilakukan

melalui langkah-langkah

pembelajaran sebagai berikut:

1.

Memilih dan menentukan

lakon bersumber teater

tradisional,

2.

Membaca atau

mengapresiasi lakon

melalui pementasan teater

tradisional,

3.

Menganalisis lakon

bersumber teater tradisional,

4.

Menyusun pola pengadegan

lakon melalui analisis tokoh

atau peran utama dalam

suatu babak pementasan

teater tradisol,

5.

Mempresentasikan lakon

bersumber teater tradisional

dengan lisan dan tulisan.

210

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

visi dan misi yang akan ditampilkan oleh kelompok kamu. Adapun tujuan

akhirnya dengan melakukan analisis naskah adalah terciptanya; keutuhan,

keterpaduan dan keharmonisan dalam menyusun lakon teater sesuai dengan

lakon yang kamu dan kelompok kamu akan tampilkan. Langkah selanjutnya

dalam kreativitas menyusun lakon teater adalah melakukan proses menulis

dengan menafsirkan lakon bersumber lakon teater tradisional yang ada di

daerahmu. Akhirnya kamu dapat mempresentasikan naskah lakon yang

kamu susun dengan lisan dan tulisan di depan kelas.

Setelah kamu belajar dan melakukan proses kreativitas menyusun lakon

teater yang bersumber cerita atau lakon teater tradisional, isilah kolom di

bawah ini dengan V (

cheklist

).

F. Evaluasi Pembelajaran

1.

Penilaian Pribadi

Nama

: ........................................

Kelas

: ........................................

Semester

: ........................................

Waktu penilaian

: ........................................

No

Pernyataan

1

Saya berusaha belajar menyusun naskah lakon bersumber teater

tradisional dengan sungguh-sungguh.

☐ Ya

☐ Tidak

2

Saya mengikuti pembelajaran menyusun naskah lakon bersumber

teater tradisional dengan tanggung jawab.

☐ Ya

☐ Tidak

3

Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu.

☐ Ya

☐ Tidak

4

Saya mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dipahami.

☐ Ya

☐ Tidak

5

Saya berperan aktif dalam kelompok.

☐ Ya

☐ Tidak

Seni Budaya

211

No

Pernyataan

6

Saya menyerahkan tugas tepat waktu.

☐ Ya

☐ Tidak

7

Saya menghargai keunikan perilaku manusia di daerah saya.

☐ Ya

☐ Tidak

8

Saya menghormati dan menghargai orang tua.

☐ Ya

☐ Tidak

9

Saya menghormati dan menghargai teman.

☐ Ya

☐ Tidak

10

Saya menghormati dan menghargai guru.

☐ Ya

☐ Tidak

2.

Penilaian Antarteman

Nama teman yang dinilai

: ........................................

Nama penilai

: ........................................

Kelas : ........................................

Semester

: ........................................

Waktu penilaian

: ........................................

No

Pernyataan

1

Berusaha belajar dengan sungguh-sungguh

☐ Ya

☐ Tidak

2

Mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian

☐ Ya

☐ Tidak

3

Mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu

☐ Ya

☐ Tidak

4

Mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dipahami

☐ Ya

☐ Tidak

212

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

No

Pernyataan

5

Berperan aktif dalam kelompok

☐ Ya

☐ Tidak

6

Menyerahkan tugas tepat waktu

☐ Ya

☐ Tidak

7

Menghargai keunikan pementasan teater

☐ Ya

☐ Tidak

8

Menguasai dan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik

☐ Ya

☐ Tidak

9

Menghormati dan menghargai teman

☐ Ya

☐ Tidak

10

Menghormati dan menghargai guru

☐ Ya

☐ Tidak

G. Rangkuman

Hakikat lakon adalah hakikat tentang kehidupan. Dimana kehidupan

yang dihadapi, dialami dan terjadi dijadikan sebagai sumber gagasan lakon

dalam memaknai hidup agar lebih gairah, indah dan bermanfaat bagi

kemaslahatan orang lain salah satunya melalui pementasan teater.

Berdasarkan jumlah babak, lakon dapat kita bedakan menjadi dua jenis

lakon, yakni, lakon panjang dan lakon pendek. Lakon panjang, ketika

dipentaskan mencapai tiga sampai lima babak. Lakon pendek biasanya lakon

terdiri dari satu babak dengan beberapa peristiwa adegan di dalamnya. Lakon

atau kisah pun dari sudut lain dapat dibedakan, antara lain: lakon berdialog

dan tidak berdialog.

Lakon teater atau pun drama panggung pada dasarnya dapat digolongkan

ke dalam bentuk lakon, yakni tragedi, komedi, tragedi komedi dan melodrama.

Lakon dibangun oleh beberapa unsur pembentuknya. Unsur satu dengan

unsur lainnya merupakan suatu jalinan yang saling berhubungan dan saling

mengikat. Unsur-unsur yang dimaksud adalah alur, tema, tokoh, karakter,

setting dan sudut pandang masyarakat atau pengarang selaku pemilik lakon.

Seni Budaya

213

Di samping enam unsur pokok yang ada, unsur lain yang tidak kalah pentingnya

adalah pemilihan bahasa. Oleh karena dengan pemakaian bahasa yang tepat

dan penempatan kata-kata yang akurat dan komunikatif, lakon akan memiliki

daya tarik atau pesona di mata pembaca atau pemirsa.

Teknik menyusun naskah lakon teater dapat dilakukan dengan beberapa

teknik, antara lain:

1.

Menterjemahkan adalah mengalihbahasakan lakon, dari satu bahasa

kepada bahasa yang lain.

2.

Mengadaptasi adalah menyesuaikan lakon ke dalam warna budaya lokal

atau nasional meskipun sumber lakon aslinya dari naskah karya orang

asing.

3.

Menyadur adalah merubah atau menggubah karya orang lain menjadi

karya kita dengan nilai kebaruan.

4

. Sanggit

atau menyanggit adalah proses kreatif mengembangkan tematik

cerita yang sudah ada, menjadi cerita baru dengan tidak menghilangkan

benang merah cerita aslinya.

Pada dasarnya, menulis atau menyusun naskah lakon, dengan teknik;

menterjemahkan, mengadaptasi, menyadur, dan menyanggit untuk pementasan

teater, bermula dari ketertarikan kamu pada sumber bacaan berupa lakon.

Kemauan, kemampuan, dan ketajaman kamu adalah modal penting dalam

memulai kegiatan menyusun lakon untuk pementasan teater.

H. Refleksi

Keragaman dan keunikan jenis dan bentuk lakon teater tradisional

Indonesia yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat pedesaan dan

masyarakat istana merupakan gambaran bahwa: “Kita selaku bangsa Indonesia

harus bersyukur dan kagum atas pemberian Sang Kuasa Tuhan Yang Maha

Esa.

Dengan keragaman jenis dan bentuk lakon teater tradisional adalah sumber

kreativitas lakon dan seni teater. Sebagai bukti bahwa kita memiliki ragam

kekayaan lakon dan pementasan teater yang khas bersifat adiluhung yang tak

terduakan oleh bangsa mana pun. Pada akhirnya, kamu dapat memanfaatkan

dengan sebesar-besarnya untuk kemaslahatan dan sebagai alat pemersatu

bangsa Indonesia yang kita cintai.

214

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

I. Uji Kompetensi

Kegiatan akhir pembelajaran menyusun lakon teater perlu kiranya

dilakukan evaluasi berupa uji kompetensi, baik teori maupun praktik dalam

menyusun lakon teater dengan pendekatan pembelajaran bersifat terpadu

(

integrateed

) dengan mata pelajaran seni yang lain (rupa, tari, dan musik).

Seni Budaya

215

Daftar Pustaka

Arayana S.B. (2005). Teknik Seni peran , Diktat Bahan Pembelajaran Program

Teater SMK Negeri 10 Bandung.

Boleslavsky, R.(1975). Enam Pelajaran Pertama Bagi Seorang Aktor,

(Terjemahan Asrul Sani). Jakarta: Pustaka Jaya.

Durachman,YC. (2009). Teater Tradisional dan Teater Baru. Bandung: Sunan

Ambu: Press.

Rendra.(2013). Seni Drama untuk Remaja. Bandung: Pustaka Jaya.

Sembung Willy F (1992). Topeng Banjet Karawang Dewasa ini Sebuah Tinjauan

Deskriptif, STSI Bandung: Laporan Penelitian

Sumardjo, J. dan Saini KM. (1986). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT.

Gramedia.

Supriyatna, A. (2006). Kajian Lanjutan Pembelajaran Seni Tari dan Drama II.

Edisi Satu. Bandung: UPI PRESS.

Stanislavsky.(1980). Persiapan Seorang Aktor, (Terjemahan Asrul Sani).

Jakarta: Pustaka Jaya.

Durachman YC. (2009). Teater Tradisional dan Tetaer Baru. Bandung: Sunan

Ambu Press.

Hamid, D.H. (1976). Banjet (Teater Rakyat Jawa Barat Bercakal Bakal Pendekar)

Poerwadarminta,WJS. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai

Pustaka.

Sembung Willy F. (1992). Topeng Banjet Karawang Dewasa ini Sebuah

Tinjauan Deskriptif, STSI Bandung: Laporan Penelitian

Sumardjo. J. (2004). Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama

Indonesia, Bandung: STSI Press.

Sumardjo. J, dan Saini. (1986). Apresiasi Kesusastraan, Jakarta:

PT. Gramedia.

Supriyatna, A. dkk. (2006). Kajian Pembelajaran Seni Tari dan Drama I. Edisi

Satu. UPI PRESS: Bandung.

..................... (2006). Kajian Lanjutan Pembelajaran Seni Tari dan Drama

II. Edisi Satu. UPI PRESS: Bandung.

Hardjana Suka. (1995). Manajemen Kesenian dan Para Pelakunya: Yogyakarta,

MSPI.

Murgiyanto, S. (1985). Manajemen Pertunjukan, Jakarta: Depdikbud. Dirjen

Dikdasmenjur. Lokakarya Manajemen Proyek Pertunjukan Seni.

216

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

Permas, A. dkk. (2003). Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan. Jakarta:

PPM.

Supriyatna, A. (2006). Kajian Lanjutan Pembelajaran Seni Tari dan Drama I.

Edisi Satu. UPI PRESS: Bandung.

..................... (2006). Kajian Pembelajaran Seni Tari dan Drama II. Edisi

Satu. UPI PRESS: Bandung.

Terry,GH. (1980). Pengantar Ilmu Manajamen, Bandung: Grafindo.

Durachman, YC. (2009). Teater Tradisional dan Teater Baru. Bandung: Sunan

Ambu: Press.

Sedyawati, Edi dkk. (1983). Seni dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta:

Gramedia.

Sumardjo, J. (2004). Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama

Indonesia, Bandung: STSI Press.

Supriyatna, A. dkk. (2006). Kajian Pembelajaran Seni Tari dan Drama I. Edisi

Satu. UPI PRESS: Bandung.

..................... (2006). Kajian Lanjutan Pembelajaran Seni Tari dan Drama

II. Edisi Satu. UPI PRESS: Bandung.

Sumber Internet:

........................http//:www. artis inilah.com.

........................http//:www.indonesiamatter.com.

........................http//:batam.tribunnews.com.

........................http//:love-bandaaceh.blogspot.com

........................http//:en.wipwdia.org

............................

http//:www. jakarta.go.id

............................http//:www. ajimachmudi.wordpress.com.

........................http//:en.wikipedia.org

.

........................http//:www. hqdefault.com.

Seni Budaya

217

Profil Penulis

Nama Lengkap

: Zakarias S. Soeteja

Telp. Kantor/HP

: 082115177014

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: https://www.facebook.com/zsoeteja

Alamat Kantor

: FPSD UPI Jl. Dr. Setiabudi no. 229 Bandung

Bidang Keahlian

: Pengembang Kurikulum Pendidikan Seni

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Staf Pengajar di Program Studi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI

2.

Staf Pengajar di Program Studi Pendidikan Seni SPs UPI

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Pengembangan Kurikulum SPs UPI lulus thn. 2010

2.

S2: Penciptaan Seni (Seni Murni-Seni Lukis) PPs ISI Yogyakarta, lulus Th. 2003

3.

S1: Pendidikan Seni Rupa FPBS IKIP Bandung (UPI), lulus thn. 1996

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Bahan Ajar Esesial Mata Pelajaran Kesenian SMP, 2004

2.

Bahan Ajar Esensial Mata Pelajaran Keterampilan, 2004

3.

Peta Kompetensi Guru Seni –SMP, 2005

4.

Pendidikan Seni Rupa bagi Mahasiswa PGSD, 2004

5.

Pendidikan Seni dan Perubahan Sosial Budaya, 2008

6.

ILMU dan APLIKASI PENDIDIKAN, 2008

7.

Pendidikan Seni, 2009

8.

Seni Kriya dan Kearifan Lokal, 2009

9.

Peta Konsep Keterampilan, 2010

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Pengaruh Media Massa pada Penciptaan Karya Seni Rupa Kontemporer, 2003

2.

Kemampuan Analisis Media untuk Meningkatkan Kemampuan Merancang Media

Pembelajaran, 2005/2006

3.

Meningkatkan Kemampuan Menggambar Model Mahasiswa di Jurusan Pendidikan

Seni Rupa UPI, 2006/2007

4.

Kajian Sosial Budaya Kabupaten Natuna sebagai bahan Promosi Investasi Daerah

di Korea Selatan dan RRC, 2007

5.

Pemikiran Pascamodernisme dalam Kurikulum Pendidikan Seni Rupa, 2010

Nama Lengkap

: Agus Supriyatna,S.Sn.,M.Pd.

Telp. Kantor/HP

: 08157145838

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: [email protected]

Alamat Kantor

: Dr. Setiabudhi 229, Bandung-Jawa Barat

Bidang Keahlian

: Pendidikan Seni

218

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

2005 – 2016: Dosen, di Departemen Pendidikan Seni Tari, Fakultas Pendidikan Seni

dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia.

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Pendidikan Seni /Sekolah Pascasarjanan/Universitas Pendidikan Indonesia

(UPI) (tahun 2015 – sampai sekarang)

2.

S2: Pendidikan Seni /Sekolah Pascasarjanan/Universitas Pendidikan (UPI) (tahun

2006 – tahun lulus 2010)

3.

S1: Seni Teater/ Jurusan Seni Teater/ Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung

(tahun 1992 – tahun 1996)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Kajian Lanjutan Pembelajaran Seni Tari dan Drama I.Edisi Satu. 2006

2.

Kajian Lanjutan Pembelajaran Seni Tari dan Drama II.Edisi Satu. 2006

3.

Pengantar Bahan Ajar Pendidikan Seni Tari dan Drama. Edisi Revisi 2007

4.

Buku Pembelajaran Seni Budaya Untuk Siswa Kelas X Berbasis Kurikulum 2013

2014

5.

Buku Pembelajaran Seni Budaya Untuk Guru Kelas X Berbasis Kurikulum 2013 2014

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Perilaku Tradisi Masyarakat Karawang melalui Pemanfaatan Kesenian Topeng

Banjet ” Bang Pendul ” Sebagai Pengayaan Bahan Ajar di Departemen Pendidikan

Sendratasik FPSD UPI 2006

2.

Seni Ritual Cerminan Hakekat Hidup Masyarakat Religius Banten Selatan 2007

3.

Pembelajaran Seni Tari Berbasis Nonproyeksi Dua Dimensi dan Tiga Dimensi

Sebagai Sumber Kreativitas Siswa Sekolah Dasar Di SD Negeri Sukatali – Sumedang.

2008

4.

Model Pembelajaran Tari bagi Mahasiswa Departemen Pendidikan Seni Tari FPSD

UPI 2008

5.

Topeng Banjet ”Baskom” Kab. Karawang Suatu Kajian Sistem Tanda 2009

6.

Model Pembelajaran Olah Tubuh Berbasis Multimedia bagi Mahasiswa Departemen

Pendidikan Seni Tari FPSD UPI 2009

7.

Model Kewirausahaan Seni Berbasis Unggulan Sanggar Tari Sebagai Pengayaan

bahan Ajar Mata Kuliah Kewirausahaan Mahasiswa Departemen Pendidikan Seni

Tari FPSD UPI, 2010

8.

Model Kewirausahaan Seni Berbasis Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat

melalui Pengelolaan Busana di Sanggar Evoy Production, 2011

9.

Model Pengembangan Media Promosi Berbasis Multimedia melalui Pemberdayaan

Potensi Unggulan: Seni, Obyek Wisata, dan Industri Kreatif Kelokalan di Jawa Barat,

2012

10.

Pengembangan Model Pembelajaran Kewirausahaan Terpadu Berbasis Kemitraan

dan Berkelanjutan Melalui Kegiatan Festival Tari Kreasi Tingkat Anak-anak dan

Remaja se Jawa Barat dan Bazaar Produk Kreatif, 2013

11.

Pengembangan Media Pembelajaran Tari Berbasis Multimedia Melalui Pemanfaatan

Lagu Kaulinan sebagai Bahan Ajar di Sekolah Dasar, 2014

12.

Pengembangan Model Pembelajaran Kewirausahaan Terpadu Berbasis Kemitraan

dan Berkelanjutan Melalui Kegiatan Festival Tari Kreasi Tingkat Anak-anak dan

Remaja se Jawa Barat dan Bazaar Produk Kreatif, 2015

Seni Budaya

219

Nama Lengkap

: Milasari, S.Pd

Telp. Kantor/HP

: 021-7805396 / 081213482989

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

:

Alamat Kantor

: Jl. Margasatwa no. 38 B Jatipadang

Pasar Minggu Jakarta Selatan

Bidang Keahlian

: Seni Tari

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Guru di SMK N 57 Jakarta

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S1: Fakultas Bahasa dan Seni/jurusan Seni Tari/program studi Pendidikan Sen Tari/

Universitas Negeri Jakarta (tahun masuk 2003–tahun lulus 2008)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Tidak Ada

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Tidak Ada

Nama Lengkap

: Dewi Suryati Bdiwati, Dr. M.Pd. S.Sen.

Telp. Kantor/HP

: 022-2013163 ext 24180

+628122153911

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: 08122153911

Alamat Kantor

: Jln. Dr. Setiabudhi no 229 Bandung 40154

Bidang Keahlian

: Seni Musik (Seni Karawitan) dan Metodologi Pendidikan

Seni

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

1995 – sekarang: Tenaga Edukatif Jurusan Pendidikan Sendratasik FPBS UPI

Bandung.

2.

2002 – sekarang: Tim Pengembang Kurikulum Lab. School UPI.

3.

2002 – sekarang: Dosen Program PGSD UPBJJ UT Bandung.

4.

2005- sekarang: Tim Pengembang Kurikulum Program Pendidikan Seni Musik

FPBS.

5.

2006: Dosen Tetap Pembimbing PLP Jurusan Pendidikan Sendratasik FBPS UPI di

negara Singapore.

6.

2006-2012: Pengelola Bidang Keuangan Prodi Pendidikan Seni Musik FPBS UPI.

7.

2007 – sekarang: Dosen Program PGTK dan PGPAUD UPBJJ UT Bandung.

8.

2007-2013: Tim GKM Gugus Kendali Mutu Bidang Keuangan Jurusan Pendidikan

Sendratasik FPBS UPI.

9.

2008: Satuan Kendali Mutu dan Gugus Kendali Tim GKM Mutu Tingkat Jurusan dan

Prodi di lingkungan FPBS UPI.

10.

2007- 2010: Asesor Assesmen Portofolio Guru.

220

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

11.

2008 s.d sekarang: Asesor Sertifikasi Guru Pendidikan Seni.

12.

2008 s.d 2010: Dosen Sertifikasi Guru dalam Jabatan Pendidikan Seni Tingkat

Nasional.

13.

2008 s.d sekarang: Dosen dan Instruktur Sertifikasi PLPG Tingkat Regional Jawa

Barat.

14.

2009: Reviewer/Penilai Buku Bahan Ajar Konteks, Buku Teks Bahan Ajar Pendidikan

Seni, Seni Musik, Seni dan Budaya (BSNP- Depdiknas Pusbook) Nasional.

15.

2006 s.d sekarang: Dosen Program PGSD dan PGTK - PAUD UPBJJ Universitas

Terbuka Bandung.

16.

2010 s.d sekarang: Dosen S-2 Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana UPI.

17.

2016: Dewan Penyunting Jurnal Ilmiah ”RITME” Jurnal Seni dan Desain serta

Pengajarannya FPSD UPI.

18.

2016: Tim Penilai Angka Kredit Dosen di Lingkungan Universitas Pendidikan

Indonesia.

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Seni Karawitan Sunda/STSI Surakarta (tahun 2015 – sampai sekarang)

2.

S2: Pendidikan Seni Musik/UNNES Semarang (tahun 2006 – tahun lulus 2010)

3.

S1: Pendidikan Seni dan Budaya/UPI Bandung (tahun 1992 – tahun 1996)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Perencanaan Pengajaran Musik Berbasic Web (E-Learning).

2.

Pendidikan Kesenian. Apresiasi dan Kreasi Seni

3.

Paket A - PLS Pendidikan Seni Paket A kelas 5 PLS. Dirjen DIKTI Pendidikan Luar

Sekolah

4.

Paket B - PLS Pendidikan Seni Paket B kelas 7 PLS. Dirjen DIKTI Pendidikan Luar

Sekolah

5.

Paket B – PLS Pendidikan Kesenian Paket C kelas 9 PLS. Dirjen DIKTI Pendidikan

Luar Sekolah

6.

Paket C – PLS Pendidikan Kesenian Paket C kelas 10 PLS. Dirjen DIKTI Pendidikan

Luar Sekolah

7.

Paket C – PLS Pendidikan Kesenian Paket C kelas 11 PLS. Dirjen DIKTI Pendidikan

Luar Sekolah

8.

Paket C – PLS Pendidikan Kesenian Paket C kelas 12 PLS. Dirjen DIKTI Pendidikan

Luar Sekolah

9.

Strategi dan Inovasi Pembelajaran Seni

10.

Pembelajaran Gamelan Degung Kreasi Baru

11.

Perencanaan Pembelajarab Seni Musik: Konsep Teori Model Dan Implementasinya

12.

Belajar dan Pembelajaran Seni Musik. Paradigma Konsep Teori Dan Filsafat

13.

Pembelajaran Gamelan Degung Dasar

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Inovasi dan Pengembangan Pembelajaran Seni Karawitan Sunda melalui aplikasi

multimedia pada Program Studi Pendidikan Seni Musik jurusan Pendidikan

Sendratasik FPBS UPI

2.

Model Pengembangan Kemampuan Belajar Mandiri untuk meningkatkan

Penguasaan teknik Vokal Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Vokal 3 di Prodi

Pendidikan Seni Musik FPBS UPI

Seni Budaya

221

3.

Aplikasi model pembelajaran vokal melalui pendekatan e-learning untuk

meningkatkan kualitas belajar mahasiswa seni musik di program pendidikan seni

musik FPBS UPI

4.

Aplikasi media digital melalui pendekatan learning center dalam pembelajaran

vokal daerah Sunda pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Musik

Jurusan Pendidikan Sendratasik FPBS UPI

5.

Pengembangan Model Pembudayaan Seni Al Barzanji sebagai Upaya melahirkan

Insane Kamil Pada Pondol Pesantren Al Kamilah Selaawi dan Pondok Pesantren

Qiroatussab’ah Kudang Bl. Limbangan Garut

6.

Pengembangan Model Pembelajaran Gamelan Degung di Departemen Pendidikan

Musik FPSD

7.

Pembuatan media Pembelajaran Vokal Kepesindenan Dasar Berbasis Angklung

Sunda

8.

Pembuatan Media Pembelajaran Suling Sunda Dasar Lubang Enam

222

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

Nama Lengkap

: Drs. Bintang Hanggoro Putra, M.Hum

Telp. Kantor/HP

: 024850810/08157627237

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

:

Alamat Kantor

: Kampus Unnes, Sekaran, Gunung Pati,

Semarang

Bidang Keahlian

: Seni Tari

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Dosen Pendidikan Sendratasik, Prodi Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Semarang.

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S2: Fakultas Ilmu Budaya/Pengkajian Seni Pertunjukan/Universitas Gajah Mada

Yogyakarta (2000 – 2004)

2.

S1: Fakultas Seni Pertunjukan/Seni Tari/Komposisi Tari (1979-1985)1: Fakultas/

jurusan/program studi/bagian dan nama lembaga (tahun masuk –tahun lulus)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Pengembangan Model Pembelajaran Tari Tradisional untuk Mahasiswa Asing di

Universitas Negeri Semarang (2015).

2.

Penerapan Model Pemblajaran Seni Tari Terpadu pada Siswa Sekolah Dasar (2012)

3.

Upaya Pengembangan Seni Pertujukan Wisata Di Hotel Patra Jasa Semarang (2010)

4.

Pengembangan Materi Mata Kuliah Pergelaran Tari dan Musik pada Jurusan

Pendidikan Sendratasik UNNES dengan Model Pembelajaran Tutorial Analitik

Demokratik (2008).

5.

Fungsi dan Makna Kesenian Barongsai Bagi Masyarakat Etnis Cina Semarang

(2007).

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Pengaruh Media Massa pada Penciptaan Karya Seni Rupa Kontemporer, 2003

2.

Kemampuan Analisis Media untuk Meningkatkan Kemampuan Merancang Media

Pembelajaran, 2005/2006

3.

Meningkatkan Kemampuan Menggambar Model Mahasiswa di Jurusan Pendidikan

Seni Rupa UPI, 2006/2007

4.

Kajian Sosial Budaya Kabupaten Natuna sebagai bahan Promosi Investasi Daerah

di Korea Selatan dan RRC, 2007

5.

Pemikiran Pascamodernisme dalam Kurikulum Pendidikan Seni Rupa, 2010

Nama Lengkap

: Muksin Md., S.Sn., M.Sn.

Telp. Kantor/HP

: 022-2534104/08156221159

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: Muksin Madih

Profil Penelaah

Seni Budaya

223

Alamat Kantor

: FSRD-ITB, Jl. Ganesha 10 bandung (40132)

Bidang Keahlian

: Seni Rupa

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Ketua Program Studi Seni Rupa FSRD-ITB (2013 – 2015)

2.

Koordinator TPB FSRD-ITB (2008 – 2013)

3.

Ketua Lap/Studio Seni Lukis FSRD-ITB (2005 – 2006)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S2: Fakultas Seni Rupa dan Desain/Seni Rupa/Seni Murni/Institut Tekhnologi

Bandung (1996 – 1998)

2.

S1: Fakultas Seni Rupa dan Desain/Seni Murni/Seni Lukis/Institut Tekhnologi

Bandung (1989 – 1994)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Buku teks pelajaran kurikulum 2013 (edisi revisi) mata pelajaran wajib untuk SD/

MI, SMP/MTs, dan SMA/MA Seni Budaya bidang Seni (2015)

2.

Buku teks Seni Budaya (Seni Rupa) kelas IX dan XII (2014)

3.

Buku Pendidikan Dasar dan Menengah Berdasarkan Kurikulum 2013 kelas VIII, X,

dan XI, Seni Budaya (Seni Rupa). (2013

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Penerapan Teknik Etcha Ke Dalam Produk Elemen Estetik Sebagai Upaya

Meningkatkan Potensi Kreativitas Masyarakat. Riset KK (Kelompok Keahlian Seni

Rupa) ITB. (2014)

2.

Metoda Pembelajaran Menggambar Bagi Anak Autis dengan Bakat Seni Rupa.

Riset KK (Kelompok Keahlian Seni Rupa) ITB. (2014)

3.

Aplikasi Pengembangan Barongan Sebagai Cinderamata Khas Blora Dengan

Sentuhan Teknik Potong, Tempel, Pahat dan Lukis, Riset KK (Kelompok Keahlian

Seni Rupa). (2013)

4.

Pengembangan Produk Identitas Budaya Masyarakat Blora untuk menunjang

Sentra Masyarakat Kreatif, Program Pengabdian kepada masyarakat Mono dan

Multi Tahun. (2013)

5.

Aplikasi Barongan dalam Pengembangan Cinderamata Khas Kota Blora (LPPM-ITB)

(2012)

6.

Barongan dalam Pengembangan Cinderamata Khas Kota Blora (LPPM-ITB) (2011)

7.

Aplikasi Medium Lokal (

indigenus material

) dalam Karya Seni Rupa sebagai upaya

mewujudkan Ciri Khas Indonesia [Program Riset Peningkatan Kapasitas ITB (2011)

8.

Medium Lokal (

indigenus material

) dalam Karya seni rupa sebagai upaya

mewujudkan ciri khas Indonesia [Program Riset Peningkatan Kapasitas ITB (2010)

9.

Pengolahan Serat Alami Menggunakan Sistem Enzim Mikrobiologi Sebagai Media

Ekspresi Seni Dua Dimensi. Riset ITB [Riset Fakultas] (Jurnal Visual Art ITB 2007)

10.

Muatan Spiritualitas pada Seni Rupa Tradisional Dwimatra-Ilustrasi Nusantara

Upaya Menggali Seni Rupa Tradisi untuk Memperkaya Konsep Seni Ilustrasi

Indonesia Masa Kini dan Masa depan. Riset ITB [Riset Fakultas] (2006)

11.

Daur Ulang Sampah Menjadi Kertas Seni. ”GELAR” Jurnal Ilmu dan Seni – STSI

Surakarta. Vol. 3 No. 2 Desember 2005, ISSN 1410-9700. (2005)

224

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

Nama Lengkap

: Dra. Widia Pekerti, M.Pd.

Telp. Kantor/HP

: Wonosobo, 25-04-1944.

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: Muksin Madih

Alamat Kantor

: FSRD-ITB, Jl. Ganesha 10 bandung (40132)

Bidang Keahlian

: Seni Rupa

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Dosen luar biasa di Universitas Negeri Jakarta jurusan seni musik (2009 hingga

kini)

2.

Konsultan Pendidikan

3.

Ketua Lap/Studio Seni Lukis FSRD-ITB (2005 – 2006)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

SD Kristen, BPK Penabur, Jakarta , 1956..

2.

SMP Kristen, BPK Penabur, Jakarta, 1959.

3.

SPG Kristen YBPK , Jakarta, 1962.

4.

S1 – Pendidikan Seni Musik IKIP Jakarta, 1971.

5.

Akta Mengajar V Universitas Terbuka, 1983 S2 – Teknologi Pendidikan UNJ Jakarta,

1997.

6.

Kursus Penunjang antara lain : bahasa Inggris, Perancis dan kecantikan.

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Buku teks pelajaran kurikulum 2013 (edisi revisi) mata pelajaran wajib untuk SD/

MI, SMP/MTs, dan SMA/MA Seni Budaya bidang Seni (2015)

2.

Buku teks Seni Budaya (Seni Rupa) kelas IX dan XII (2014)

3.

Buku Pendidikan Dasar dan Menengah Berdasarkan Kurikulum 2013 kelas VIII, X,

dan XI, Seni Budaya (Seni Rupa). (2013)

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Penerapan Teknik Etcha Ke Dalam Produk Elemen Estetik Sebagai Upaya

Meningkatkan Potensi Kreativitas Masyarakat. Riset KK (Kelompok Keahlian Seni

Rupa) ITB. (2014)

2.

Metoda Pembelajaran Menggambar Bagi Anak Autis dengan Bakat Seni Rupa.

Riset KK (Kelompok Keahlian Seni Rupa) ITB. (2014)

3.

Aplikasi Pengembangan Barongan Sebagai Cinderamata Khas Blora Dengan

Sentuhan Teknik Potong, Tempel, Pahat dan Lukis, Riset KK (Kelompok Keahlian

Seni Rupa). (2013)

4.

Pengembangan Produk Identitas Budaya Masyarakat Blora untuk menunjang

Sentra Masyarakat Kreatif, Program Pengabdian kepada masyarakat Mono dan

Multi Tahun. (2013)

5.

Aplikasi Barongan dalam Pengembangan Cinderamata Khas Kota Blora (LPPM-ITB)

(2012)

6.

Barongan dalam Pengembangan Cinderamata Khas Kota Blora (LPPM-ITB) (2011)

7.

Aplikasi Medium Lokal (

indigenus material

) dalam Karya Seni Rupa sebagai upaya

mewujudkan Ciri Khas Indonesia [Program Riset Peningkatan Kapasitas ITB (2011)

8.

Medium Lokal (

indigenus material

) dalam Karya seni rupa sebagai upaya

mewujudkan ciri khas Indonesia [Program Riset Peningkatan Kapasitas ITB (2010)

Seni Budaya

225

9.

Pengolahan Serat Alami Menggunakan Sistem Enzim Mikrobiologi Sebagai Media

Ekspresi Seni Dua Dimensi. Riset ITB [Riset Fakultas] (Jurnal Visual Art ITB 2007)

10.

Muatan Spiritualitas pada Seni Rupa Tradisional Dwimatra-Ilustrasi Nusantara

Upaya Menggali Seni Rupa Tradisi untuk Memperkaya Konsep Seni Ilustrasi

Indonesia Masa Kini dan Masa depan. Riset ITB [Riset Fakultas] (2006)

11.

Daur Ulang Sampah Menjadi Kertas Seni. ”GELAR” Jurnal Ilmu dan Seni – STSI

Surakarta. Vol. 3 No. 2 Desember 2005, ISSN 1410-9700. (2005)

Nama Lengkap

: Dr. Fortunata Tyasrinestu, M.Si.

Telp. Kantor/HP

: 0271-384108/ 08122748284

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: -

Alamat Kantor

: FSP ISI Yogyakarta, Jl. Parangtritis Km. 6.5 Sewon

Yogyakarta

Bidang Keahlian

: Musik Pendidikan, Bahasa Indonesia, Psikologi Musik

Pendidikan

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Dosen FSP ISI Yogyakarta 2003 - sekarang

2.

Kepala UPT MPK ISI Yogyakarta 2008-2012

3.

Pengelola Program S3 Program Pascasarjana ISI Yogyakarta 2014-sekarang

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Fakultas Ilmu Budaya/Ilmu-Ilmu Humaniora/Linguistik - UGM Yogyakarta (2010-

2013)

2.

S2: Fakultas Psikologi/Psikologi Pendidikan- UGM Yogyakarta (2002-2004)

3.

S1: Fakultas Seni Pertunjukan/Jurusan Musik/ Musik Pendidikan- ISI Yogyakarta

(1992-1997)

4.

S1: Fakultas Sastra/ Sastra Indonesia/ Linguistik- UGM Yogyakarta (1992-1998.

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1.

Buku Teks Pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan SD-SLTP-SMU

2.

Buku Non Teks Pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan SD-SLTP-SMU)

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Lirik Musikal pada Lagu Anak Berbahasa Indonesia -2014

2.

Pengaruh Kreativitas Musikal terhadap Kreativitas Verbal dan Figural -2010

3.

Pengembangan Kreativitas melalui Rekontekstualisasi Seni Tradisi- 2010

4.

Model Pembelajaran Musik Kreatif Bagi Pengembangan Kreativitas Anak di Wilayah

DIY-2010

Nama Lengkap

: Dr. Rita Milyartini, M.Si.

Telp. Kantor/HP

: 0222013163/081809363381

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: -

Alamat Kantor

: Jl. Dr. Setiabudi 229 Bandung 40151

Bidang Keahlian

: Pendidikan Musik

226

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Dosen di Departemen Pendidikan Musik FPSD UPI

2.

Dosen di Program Studi Pendidikan Seni Sekolah Pascasarjana UPI

3.

Peneliti Pendidikan Seni khususnya pendidikan Musik

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Pendidikan Umum/Nilai/ Universitas Pendidikan Indonesia (2007-2012)

2.

S2: Kajian Wilayah Amerika/ Universitas Indonesia (1998 –2001)

3.

S1: FPBS/Pendidikan Musik/IKIP jakarta (1983 –1987).

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

4.

Buku teks tematik SD (thn 2013)

5.

Buku non teks ( Tahun 2011, 2012, 2015)

6.

Buku teks SD, SMP dan SMA (2015)

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Model Pendidikan Life Skill Belajar Mandiri untuk Meningkatkan Penguasaan

Teknik Vokal Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Vokal 3 di Prodi Musik UPI, 2008

2.

Pengembangan Model Pendidikan Seni Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus (tahun

1), 2010

3.

Pengembangan Model Pendidikan Seni Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus (tahun

2), 2011

4.

Kombinasi Active Learning dan Self Training, untuk Memperbaiki Audiasi Tonal

Minor Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Vokal 2 Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI

5.

Pengembangan Model Pendidikan Seni Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus (tahun

2), 2012

6.

Model Transformasi Nilai Budaya Melalui Pendidikan Seni di Saung Angklung Udjo

untuk Ketahanan Budaya (disertasi), 2012

7.

Pemanfaatan Angklung untuk Pengembangan Bahan Pembelajaran Tematik

Jenjang Sekolah Dasar Berbasis Komputer, 2013

8.

Model Pembelajaran Teknik Vokal Berbasis Ornamen Vokal Nusantara (tahun

pertama), 2015

9.

Model Pembelajaran Teknik Vokal Berbasis Ornamen Vokal Nusantara (tahun

kedua), 2016

10.

Pengembangan Usaha Bidang Seni dan Budaya di Kota Bandung, 2016

Nama Lengkap

: Dr. Nur Sahid M. Hum.

Telp. Kantor/HP

: 0274 379133, HP 087739496828

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: -

Alamat Kantor

: Jur Teater, Fak Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta

Jl. Parangtritis Km 6 Yogyakarta

Bidang Keahlian

: Seni Teater

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Dosen Jur. Teater Fak. Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta

2.

Dosen Pasca Sarjana ISI Yogyakarta

3.

Dosen Sekolah Pasca Sarjana UGM Yogyakarta

Seni Budaya

227

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa/Universitas Gajah Mada (2008-

2012)

2.

S2: Ilmu Humaniora/Universitas Gajah Mada (1994 –1998)

3.

S1: Sastra Indonesia/Universitas Gajah Mada (1980 –1986).

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1.

Penelaah buku untuk SMK Seni berjudul Seni Teater (2008),

2.

Penelaah buku untuk SMP berjudul Seni Budaya (2016), P4TK Yogyakarta.

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Metode Pembelajaran Seni Teater untuk Anak-anak Usia Sekolah Dasar (Program

Penelitian Hibah Bersaing, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Jakarta), 2006.

2.

”Metode Penulisan Sekenario Film bagi Remaja” (Program Penelitian BOPTN,

Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dirjen Pendidikan

Tinggi, Depdikbud, Jakarta), 2013.

3.

”Penciptaan Drama Radio Perjungan Pangeran Diponegoro sebagai penanaman

Nilai-nilai Pendidikan Karakter bagi Generasi Muda” (2016-2018)

4.

Semiotika Teater diterbitkan Lembaaga Penelitian ISI Yogyakarta 2012.

5.

Sosiologi Teater diterbitkan Pratista Yogyakarta 2008

Nama Lengkap

: Oco Santoso, S.Sn.M.Sn.

Telp. Kantor/HP

: 022-2534104/085220211166

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: -

Alamat Kantor

: Institut Teknologi Bandung, Jl.Ganesa 10 Bandung

Bidang Keahlian

: Seni Teater

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

1995 – sekarang Dosen Program Studi Seni Rupa ITB

2.

2005-2007 Ketua Program TPB-FSRD Institut Teknologi Bandung

3.

2004-2008 Ketua Program Studi Seni Rupa FSRD-ITB

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S2: FSRD/Seni Rupa/ITB (1996-1999)

2.

S1: FSRD/Seni Rupa/ITB (1988-1994)

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1.

Seni Budaya Kelas X

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

2015 - Pengembangan Metode Perkuliahan dengan Aplikasi

mobile system

sebagai

salah satu Metode Perkuliahan di program studi seni rupa ITB.

2.

2013 - Pengembangan teknik Etsa pada produk Cindra Mata

3.

2008 - Standarisasi Warna Tradisional Sunda: Formalisasi standard warna tradisonal

sunda dalam format RGB dan CMYK.

228

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

Nama Lengkap

: Drs. Martono, M.Pd.

Telp. Kantor/HP

: 0274-548207/08156886807

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: -

Alamat Kantor

: Jurdik Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Yogyakarta

Bidang Keahlian

: Pembelajaran Seni Rupa

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Asessor BAN-PT (2007- Sekarang).

2.

Tim Pengembang kurikulum Mapel Keterampilan/Prakarya Dir PLP Dikdasmen,

Jakarta Tahun 2003 - Sekarang.

3.

Tim Penjaminan mutu FBS Wakil Prodi Pendidikan Kriya 2009-sekarang.

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Pascasarjana ISI Yogyakarta (Belum Lulus)

2.

S2: Pascasarjana Jurusan PTK UNY Yogyakarta (2000-2002)

3.

S1: FKSS Jurusan Pendidikan Seni Rupa, IKIP Yogyakarta (1979-2006).

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1.

Buku Non Teks Keterampilan.

2.

Buku Non Teks Seni rupa.

3.

Buku Non Teks Kerajinan.

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Penelitian warna alami untuk batik kayu, Tahun 2005

2.

Teknologi pewarnaan alami pada serat alami di CV Bhumi Cipta Mandiri Sentolo

Kulonprogo, Yogyakarta, Tahun 2006.

3.

Pengembangan teknologi pewarnaan alami dan desain kerajinan serat alami di CV

Bhumi cipta Mandiri, Sentolo, Kulonprogo Yogyakarta, Tahun 2007.

4.

Pembelajaran seni berbasis Kompetensi di FBS UNY, Tahun 2006

5.

Peningkatan kualitas penilaian pembelajaran bagi mahasiswa pada mata kuliah

teknologi pembelajaran seni kerajinan melalui penilaian unjuk kerja, Tahun 2006.

6.

Strategi Pembelajaran seni lukis anak usia dini di sanggar Prastista Yogyakarta,

Tahun 2007.

7.

Pegembangan Desain dan Teknologi Pewarna Alami Pada Serat Alami, Tahun 2008.

8.

Pegembangan Desain dan Teknologi Pewarna Alami Pada Serat Alami, Tahun 2009

9.

Skripsi mahasiswa jurusan pendidikan seni rupa FBS UNY periode 5 tahun (2004-

2008), Tahun 2009.

10.

Karakteristik seni lukis anak hasil lomba di Yogyakarta, Tahun 2010.

11.

Model pendidikan desain produk dalam rangka menghasilkan produk kreatif dan

produktif paten yang bercirikan keraifan dan keunikan local, Tahun 2010.

12.

IpBE kerajinan berbahan serat, bambu, dan kayu di Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo,

DI Yogyakarta, Tahun 2010.

13.

Ekspresi seni lukis anak pada harian minggu kedaulatan rakyat (KR), Tahun 2011

14.

Ekspresi simbolik seni lukis anak Yogyakarta, Tahun 2012

15.

Ekspresi Simbolik Seni Lukis Anak Yogyakarta,percepatan disertasi, Tahun 2013

Seni Budaya

229

16.

Strategi Pembelajaran Seni Lukis Anak-anak Studio Gajahwong Musium Affandi

Yogyakarta, Tahun 2014.

17.

Pengembangan modul topeng etnik nusantara sebaai suplemen embelajaran seni

budaya dan prakarya kurikulum 2015, Tahun 2015.

Nama Lengkap

: Prof. Dr. Djohan

Telp. Kantor/HP

: 0274-419791/ 08175412530

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: Salim Djohan

Alamat Kantor

: Jl. Suryodiningratan 8 Yogyakarta

Bidang Keahlian

: Psikologi Musik

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Nara sumber Pusat Kurikulum Pendidikan Seni (2004-2006)

2.

Representative South East Asian Youth Orchestra (2004-2011)

3.

Wakil Direktur Pascasarjana ISI Yogyakarta (2008-2011)

4.

Kaprodi Magister Manajemen Seni ISI Yogyakarta (2010-2012)

5.

Dewan Etik Asosiasi Pendidik Seni (2005-2012)

6.

Narasumber BSNP Pengembang bidang seni budaya (2006-2012)

7.

Editor KBM Journal of Cognitive Science-ISSn 2152-1530 (2009-)

8.

Direktur Pascasarjana ISI Yogyakarta (2012-)

9.

Dosen tamu Pasca sarjana Psikologi UKSW (2012-)

10.

Reviewer The Journal of Asean Research in Art and Design (2012-)

11.

Dosen tamu Pascasarjana UGM (2014-)

12.

Dosen tamu Pascasarjana UNY (2014-)

13.

Anggota Yayasan Dinamika Edukasi Dasar (2015-).

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Fakultas Psikologi/ Psikologi/Universitas Gadjah Mada (2002 – 2005)

2.

S2: Fakultas Psikologi/Psikologi Perkembangan/Universitas Gadjah Mada (1996–

1999)

3.

S1: Fakultas Seni Pertunjukan/Musik/Musik Sekolah/Institut Seni Indonesia

Yogyakarta (1989 –1993).

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1.

Seni Budaya SD-SMP-SMA

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Pengaruh Tempo dan Timbre dalam Gamelan Jawa terhadap Respons Emosi

Musikal - BPPS (Dikti), 2005.

2.

Pengembangan Aspek Musikal Sebagai Media Peningkatan Keterampilan Sosial -

PEKERTI (DP2M), 2006-2007

3.

Potret Manajemen Seni di Bali: Dari Etos Jegog ke Mitos Jazz - Pusat Studi Asia

Pasifik, 2008

4.

Upaya Pengembangan Kreativitas SDM melalui Rekontekstualisasi Seni -

FUNDAMENTAL (DP2M), 2009-2010

5.

Metode “

Practice Base Research

” dalam Penciptaan/Penyajian Seni - Dyson

Foundation, Melbourne University, 2015

230

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

Nama Lengkap

:

Dr. M. Yoesoef, M.Hum.

Telp. Kantor/HP

: 021-7863528; 7863529/0817775973

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: https://www.facebook.com/yoesoev

Alamat Kantor

: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas

Indonesia, Kampus Universitas Indonesia, Depok 16424

Bidang Keahlian

: Sastra Modern, Seni Pertunjukan (Drama)

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Tahun 2008 - 2014: Manajer SDM Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI

2.

Tahun 2015 - sekarang: Ketua Departemen Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya UI

3.

Tahun 2015 (Mei - Oktober): Tim Ahli dalam Perancangan RUU Bahasa Daerah

(Inisiatif DPD RI).

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia/Program Studi Ilmu

Susastra (2009-2014)

2.

S2: Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia/Program Studi Ilmu Susastra (1990-

1994)

3.

S1: Fakultas Sastra Universitas Indonesia/Jurusan Sastra Indonesia (1981-1988)

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1.

Buku Pelajaran Seni Drama (SMP)

2.

Buku Pelajaran Seni Drama (SMA)

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Anggota peneliti dalam “Internasionalisasi Universitas Indonesia melalui

Pengembangan Kajian Indonesia,” Hibah Program Hibah Kompetisi Berbasis

Institusi (PHK-I) Tema D, Dikti Kemendiknas Tahun 2010—2012

2.

Anggota Peneliti dalam Penelitian “Nilai-nilai Budaya Pesisir sebagai Fondasi

Ketahanan Budaya,” Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) BOPTN UI

2013—2014

3.

Ketua Peneliti dalam Penelitian “Identitas Budaya Masyarakat Banyuwangi

Sebagaimana Terepresentasikan di dalam Karya Sastra,” Penelitian Madya FIB UI

Tahun 2014, BOPTN FIB UI.

Nama Lengkap

:

Dr. Dinny Devi Triana, S.Sn; M.Pd

Telp. Kantor/HP

: 08161670533

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: dinny devi triana

Alamat Kantor

: Universitas Ngeri Jakarta Jln. Rawamangun Muka

Jakarta Timur

Bidang Keahlian

: Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Seni Tari

Seni Budaya

231

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Staf pengajar pendidikan sendratasik UNJ (1993-sekarang)

2.

Tutor Univeristas Terbuka (2012-2014)

3.

Instruktur Pelatihan Guru Kesenian SD di Balai Latihan Kesenian Jakarta Utara

(2008-2011)

4.

Instruktur Pelatihan Tari Guru Taman Kanak-kanak di Jakarta Barat (2009-2015)

5.

Instruktur PLPG Rayon 9 (2008-2015)

6.

Instruktur PPG SM3T Seni Budaya (2013-2014)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Penelitian dan Evaluasi PEndidikan Universitas Negeri Jakarta (2006 – 2012)

2.

S2: Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Universitas NEgeri Jakarta (2000 – 2003)

3.

S1: Institut Seni Indonesi Yogyakarta (1991 – 1993)

4.

D3: Akademi Seni Tari Indonesia (1987 – 1991)

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1.

Seni dan Budaya Untuk SMK (Penerbit: Inti Prima, 2007)

2.

Seni Tari Nasional dan Internasional (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Kejuruan Depatemen Pendidik dan Kebudayaan, 2009)

3.

Modul: Peningkatan Kompetensi Kebudayaan Bagi Guru Mata Pelajaran Seni

Budaya (Badan Pengembangan SDM Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2013)

4.

Praktik Tari Betawi (untuk kalangan sendiri, 2014)

5.

Evaluasi Pembelajaran Seni Tari (Penerbit: Inti Prima, 2015)

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Minat Kesenian Pelajar SLTA se DKI Jakarta (2006)

2.

Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif Dengan Tari Hasil Karya Mahasiswa LPTK

(2006)

3.

Kompetensi Koreografer : Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kreatif, Penguasaan

Pengetahuan Komposisi Tari dan Tari Hasil Karya Mahasiswa (2007)

4.

Kecerdasan Kinestetik dalam Menata Tari (Eksperimen Metode Penilaian Kinerja

dan Penguasaan Pengetahuan Komposisi Tari pada Mahasiswa Jurusan Seni Tari

UNJ & UPI Bandung) (2011)

5.

Hibah Bersaing:Model Penilaian Kinestetik Dalam Menilai tari i-pop (Modern

Dance) (2013-2014)

6.

Strategi Penilaian Sebagai Evaluasi Formatif Untuk Meningkatkan Keterampilan

Menari Pada Pembelajaran Praktik Tari (2014)

7.

Model Pengukuran Cerdas Kinestetik Dalam Menata Tari Pada Mahasiswa Seni Tari

(2015)

232

K

elas X SMA / MA / SMK / MAK

Nama Lengkap

:

F

ristalina, S.E., M.Pd.

Telp. Kantor/HP

:

021-3804248

E-mail

:

k

[email protected]

Akun Facebook

:

k

[email protected]

Alamat Kantor

:

Jalan Gunung S

ahari Raya No.4, Jakarta

Bidang Keahlian:

C

opy Editor

R

iwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

1988 – 2010: S

taf bidang Pengembangan Naskah dan Pengendalian mutu Buku

pada Pusat Perbukuan.

2.

2010-2015 : S

taf bidang Kurikulum dan Perbukuan Paudni pada Pusat Kurikulum

dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.

3.

2015 s

.d. Sekarang : Satf bidang pada Perbukuan di Pusat Kurikulum dan Perbukuan,

Balitbang, Kemdikbud.

R

iwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S2: M

anajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (1996-2002)

2.

S1: Ekonomi perusahaan di Univ

ersitas Kristen Indonesia (1982-1986)

Judul Buku y

ang Telah Di

edit

(10 Tahun Terakhir):

1.

Buk

u Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti kelas VII

P

rofil Editor

HIDUP MENJADI

LEBIH INDAH

TANPA NARKOBA.